Mohon tunggu...
Niken Satyawati
Niken Satyawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Ibu biasa

Ibu 4 anak, tinggal di Solo. Memimpikan SEMUA anak Indonesia mendapat pendidikan layak: bisa sekolah dan kuliah dengan murah. Berharap semua warga Indonesia mendapat penghidupan layak: jaminan sosial dan kesehatan. TANPA KECUALI. Karena begitulah amanat Undang Undang Dasar 1945.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Di Balik Ekspresi Songong Gibran Rakabuming

25 April 2015   15:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:41 1634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_412593" align="aligncenter" width="560" caption="Kredit foto: Niken Satyawati."][/caption]

Ada yang menggelitik ketika akhirnya putra Presiden RI Jokowi, Gibran Rakabuming, menggelar jumpa pers untuk menjawab spekulasi publik dan media yang sudah ramai membincangkan soal rencana pernikahannya dengan Selvi Ananda Putri. Media pada umumnya fokus pada substansi acara jumpa pers tersebut yaitu mengenai waktu yang dipilih dan persiapan acara.

Namun ada sejumlah pihak yang fokus pada ekspresi  Gibran saat jumpa pers. Media yang digawangi kader PKS, PKSPiyungan, bahkan mengesampingkan sama sekali substansi, dan menyoroti secara khusus plus mengunggah foto Gibran yang telah dibuat mime bernada hujatan dan cacian, dalam artikel berjudul “Ekspresi Songong Gibran Jokowi saat Jumpa Pers”. Artikel itu—seperti biasa-- disebar di twitter dan media sosial lainnya oleh pasukan cyber partai dakwah tersebut. Makin panaslah isu Gibran yang songong, ditambah bumbu-bumbu oleh pasukan sakit hati dari kalangan di luar kader partai dakwah.

Demikianlah, PKSPiyungan memang telah menjelma dari media komunikasi orang-orang PKS menjadi media media penyebar kebencian, penghujat dan penuh caci maki terhadap Presiden RI dengan mengangkat isu apapun, yang penting bisa digoreng dan memprovokasi pembaca untuk membenci atau semakin membenci   pemimpin negara yang sah di negeri ini. Menghasut dan menggosok sentimen agama dan isu SARA pada umumnya, tanpa peduli hal itu akan menimbulkan perpecahan bangsa.  Itu dilakukan sejak pra-Pilpres, dan makin membabi buta sejak calon presiden yang diusung PKS kalah dari Presiden Jokowi.  Tujuan akhirnya bisa ditebak:  untuk mendelegitimasi pemerintahan Presiden Jokowi.

Berbagai angle tentu didapat fotografer saat temu pers dengan Gibran-Selvi. Media massa pada umumnya menampilkan foto pasangan Gibran-Selvi  dengan pose manis. Sedangkan PKSPiyungan sengaja memilih foto ketika Gibran mendongak untuk membuat stigma  bahwa Gibran merupakan sosok yang angkuh. Awak-awak media pembenci ini memang selalu berpikir out of the box. Luar biasa sekali.

[caption id="attachment_412594" align="aligncenter" width="441" caption="Foto/mime yang dipublish PKSPiyungan."]

1429949420319691875
1429949420319691875
[/caption]

Well.. Kelakuan PKSPiyungan memang tidak seharusnya menyita perhatian saya. Justru saya berterima kasih karena itu menjadi trigger untuk mengungkap  sosok Gibran di balik semua yang ditudingkan PKSPiyungan.

Gibran yang lahir di Solo 1 Oktober 1987, sejak kecil merupakan anak yang pendiam. Saya sendiri tidak mengenal dan mengakrabinya secara langsung, walau sudah bertemu beberapa kali. Kesan saya memang dia pendiam, namun tidak bisa dibilang angkuh. Saya berteman baik dengan beberapa paman dan bibi Gibran.  Mereka rata-rata mengakui, memang sejak dulu Gibran memang sosok yang tidak banyak bicara, apalagi bila berada di lingkungan yang tidak familiar bagi dirinya. Ini jauh berbeda dibanding sifat dua adiknya, Kaesang Pangarep dan Kahiyang Ayu (Ayang) yang lebih “renyah”.

Namun menurut para paman dan bininya, di saat-saat tertentu pada suasana yang informal Gibran juga bisa bersikap luwes dan akrab. Hal ini diungkapkan pula oleh mantan pejabat Solo yang juga sahabat Presiden, Purnomo Subagyo, yang menyatakan Gibran sebenarnya tidak  sekaku dan seangkuh yang diberitakan media sejenis PKSPiyungan. Purnomo membenarkan sifat asli Gibran memang pendiam. Tapi di lingkungan yang orang-orangnya sudah dikenalnya dengan baik, dia bisa sangat cerewet dan banyak tertawa.

Dan di balik sifatnya yang kaku dan pendiam, dia menyimpan banyak kelebihan. Dia anak yang “membangkang”, tak mau hidup di bawah bayang-bayang sang ayah. Gibran tak tertarik meneruskan usaha ayahnya di bidang permebelan. Gibran tidak tertarik ikut tender menggarap proyek jalan tol atau proyek infrastruktur lainnya yang sedang digalakkan pemerintahan yang dipimpin bapaknya. Dia juga tidak cawe-cawe dan ikut membuat runyam negeri ini dengan menjadi bagian dari mafia impor. Dia pun tak mau ikut terjun menjadi politisi demi melestarikan dinasti kepemimpinan sang bapak.  Dia juga jauh dari kesan hura-hura dan taka da satupun fotonya dikerubuti selebritis cantik negeri ini.

Gibran yang kaku dan pendiam, mewarisi kepribadian bapaknya yang humble.  Sekembalinya dari sekolah bisnis di luar negeri, dia pilih berkutat dengan makanan dan memulai usaha sendiri dari nol, yakni Chilli Pari  Catering. Untuk diketahui, Chilli Pari menghindari order dari lingkungan Pemkot Solo, semasa Jokowi masih menjabat walikota. Pada gilirannya Chilli Pari berkembang dan bersinergi dengan usaha persewaan gedung milik Jokowi, yaitu Graha Sabha Convention Center,  dan menawarkan paket komplit jasa mengorganisasi pernikahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun