[caption id="attachment_421859" align="aligncenter" width="500" caption="Devi Triasari. Foto: joglosemar.co"][/caption]
Selalu ada jalan lain ke Roma. Selalu ada jalan keluar untuk setiap kesulitan. Selalu ada bayaran setimpal untuk usaha dan kerja keras. Dan satu lagi anak manusia membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukan alasan untuk bisa meraih kemuliaan dan menggapai cita-cita tinggi.
Devi Triasari nama gadis ini. Asalnya dari Ngawi, Jawa Timur. Ibunya seorang pembantu rumah tangga. Ayahnya petani penggarap. Gadis ini terdaftar sebagai wisudawan terbaik dengan indeks prestasi komulatif (IPK)Â 3,99 dan terhitung cumlaude. Angka yang diraih Devi bahkan hampir sempurna untuk lulusan perguruan tinggi. Devi akan ikut dalam wisuda sarjana Universitas Sebelas Maret, Juli mendatang.
Seperti dikisahkan dalam harian Joglosemar, saat lulus dari SMKN 1 Ngawi tahun 2010 lalu, Devi tak langsung kuliah karena manyadari orangtuanya, pasangan Suwito dan Karinem, tidak akan mampu menguliahkan dia. Dia malah bekerja di sebuah perusahaan kontraktor. Namun keinginan Devi untuk kuliah dan menggapai terus menghantui. Akhirnya dia memeras otak, bagaimana caranya bisa kuliah tanpa mengeluarkan biaya.
Dia pun mencoba ikut tes penerimaan Beasiswa Sampoerna. Kendati lolos, kesempatan itu urung dia ambil. Devi malah menuju Kota Solo dan mencoba mendaftar SNMPTN. Romantika sekaligus perjuangan mendapatkan kursi di Fakultas Hukum UNS pun dimulai. Devi harus tidur di gudang selama mengikuti tes. Itu pun atas kebaikan seseorang yang melihat dia tengah beristirahat di sebuah masjid saat jeda tes yang berlangsung dua hari. Orang yang baru ditemuinya itu menawarkan gudangnya yang kosong untuk ditinggali sementara karena tidak tega melihat Devi harus menginap di masjid.
Ternyata saat pengumuman SNMPTN, namanya ada di daftar mahasiswa yang diterima. Devi senang sekali. Dia bertambah senang karena aplikasi untuk mendapatkan beasiswa Bidikmisi dari pemerintah ternyata diterima. Dia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Devi rajin belajar dan berusaha cepat lulus dengan nilai yang baik.
Walau living cost sudah dibiayai Bidikmisi namun Devi tidak berpangku tangan karena dia berkeinginan membantu kedua orangtuanya yang kekurangan. Dia pun bekerja sembari kuliah. Menjadi guru les atau apapun pekerjaan yang memungkinkan dilakoninya sambil kuliah. Yang penting dia bisa mengirim uang untuk orangtuanya setiap bulan.
Hasil kerja keras dan usaha Devi berbuah manis. Devi sudah menempuh semua matakuliah dan bahkan lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Bukan itu saja. Dua lembaga pendidikan tinggi  langsung menawarkan beasiswa S2. Mereka adalah  Monash University dan Newcastle University. Tawaran itu saat ini masih dipertimbangkan oleh Devi. Yang jelas, kini Devi berkonsentrasi untuk menggapai cita-cita sebagai seorang dosen. Dia ingin mengangkat derajat dan membahagiakan kedua orangtuanya.
Solo, 3 Juni 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H