Mohon tunggu...
Niken Satyawati
Niken Satyawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Ibu biasa

Ibu 4 anak, tinggal di Solo. Memimpikan SEMUA anak Indonesia mendapat pendidikan layak: bisa sekolah dan kuliah dengan murah. Berharap semua warga Indonesia mendapat penghidupan layak: jaminan sosial dan kesehatan. TANPA KECUALI. Karena begitulah amanat Undang Undang Dasar 1945.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

6Th ASEAN Paragames, Mengapa Gaungnya Tak Sedahsyat SEA Games?

15 Desember 2011   01:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:16 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

[caption id="attachment_156306" align="aligncenter" width="590" caption="Atlet difabel peserta kirab obor bersemangat mengayuh kursi rodanya. (Kredit: NIken Satyawati)"][/caption] Acara kirab obor dan kirab budaya menandai dimulainya gelaran pesta olahraga bagi kaum difabel se-Asia Tenggara ke-6 atau 6Th ASEAN Paragames, Rabu (14/12) sore.6Th ASEAN Paragames sendiri dijadwalkan dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Indonesia Boediono didampingi Menpora Andi Mallarangeng, Kamis (15/12) ini. Gelaran ini diikuti atlet difabel; dari 11 negara. Jauh-jauh hari Kota Solo sudah bersiap menghadapi event ini dengan memperbanyak akses bagi difabel termasuk menyiapkan transportasi khusus bagi para difabel. Serah terima obor 6Th ASEAN Paragames dilaksanakan di Gapura Makutharama, pintu masuk batas di Karangasem, Solo sekitar pukul 14.30 WIB.  Obor diserahkan atlet difabet Triono kepada Ketua KONI Solo Sumartono Hadinoto. Sayang saya tidak berhasil memotret serah terima obor, karena kalah (lebih tepatnya mengalah) sama wartawan-wartawan beneran yang tak henti-hentinya mengerumuni si onor. Mau tahu dimana obornya? Itu, dibalik kerumunan para wartawan  foto yang berebut mengabadikan momentum ini. Saya lebih baik minggir daripada terinjak injak. Hihihiihhhhh

[caption id="attachment_156308" align="aligncenter" width="516" caption="Wartawan foto mengerumuni obor."][/caption]

Obor lalu dibawa berlari sama seorang atlet dan disusul beberapa atlet difabel serta sejumlah barisan anak sekolah. Mereka bergabung dengan beberapa kelompok budaya, para pejabat dan  barisan atlet di Lapangan Kota Barat, Solo. Dari Lapangan Kota Barat di  Jl Moewardi, rombongan menuju Jl Slamet Royadi dan dimulailah KIrab Budaya 6Th ASEAN Paragames.

Gadis dan jejaka Paskibra menjadi  cucuk lampah. Sementara di belakangnya, selain atlet-atlet 6Th ASEAN Paragames juga ada Walikota Solo yang naik kuda, Menpora juga naik kuda,  ada juga pejabat yang menumpang kereta kencana. Dan jauh di belakangnya lagi, tentu saja ada kelompok-kelompok budaya dalam format karnafal yang ditunggu ribuan orang. Namun sayang karena lagi flu berat saya tidak bisa mendesal-desalkan diri di kerumunan untuk mengabadikan kirab budaya ini.

[caption id="attachment_156310" align="aligncenter" width="516" caption="Peserta kirab."][/caption]

Anyway busway, saya ingin mengucapkan "selamat berjuang" dan apresiasi yang sebesar-besarnya untuk para atlet difabel kita. Dalam keadaan penuh keterbatasa, mereka tetap semangat. Saya tahu mereka giat berlatih karena tinggal di dekat salah satu hotel "sangat biasa" yang menjadi tempat mereka dikarantina untuk menempa sebagai persiapan menghadapi 6Th ASEAN Paragames ini, sejak beberapa bulan lalu.

Yang bikin agak sedih, saya merasakan  gema tentang 6Th ASEAN Paragames ini nyaris tak terdengar. Gema gelaran tingkat ASEAN ini jauh lebih kecil dibanding gelaran SEA Games yang baru lalu. Koran lokal saja yang punya unsur proximity (dalam hal ini kedekatan lokasi) hanya memberikan porsi separuh untuk laporan khusus jurnal acara ini, dibandingkan acara SEA Games yang penuh gegap gempita, dan memakan banyak space halaman koran.

Koran dan televisi nasional hanya sekelumit saja menampilkan informasi tentang ASEAN Paragames. Mereka rupanya lebih tertarik menghiasi layar cetak maupun gelas denngan mengupas asmara anggota Dewan dan penyidik KPK atau berita putus dan nyambungnya ikatan pacaran selebiritis.  Bukankah 1.217 atlet ASEAN Paragames ini berjuang mati-matian untuk ajang yang kelasnya sama dengan SEA Games.

Sayang seribu sayang, oleh sebab mereka, para atlet difabel ini,  pada kenyataannya masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat kita. Hal ini terlihat dari antusiasme yang tak sebagaimana ketika mereka menyambut SEA Games. Apresiasi terhadap mereka tak seperti apresiasi terhadap atlet-atlet  yang bertubuh sempurna, kendati sama-sama mempertaruhkan segala kekuatan untuk membela dan mengharumkan nama Tanah Air kita, Indonesia tercinta.

Tentu ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama untuk bisa menerima mereka di hati kita, tanpa melihat keterbatasan yang mereka miliki. Dan yang penting, jangan makin mempertajam diskriminasi terhadap kalangan difabel.

Terlepas dari itu ingin saya teriakkan: Tetap semangat, para atlet difabel Indonesia! Kamu bisa! :D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun