Bagaimana mungkin kami tidak merasa sedih. Baru saja kami, para orangtua ditegur oleh Menteri Pendidikan kami, dengan imbauan untuk mengantar anak-anak di hari pertama mereka ke sekolah. Imbauan yang humanis, untuk mendorong keterlibatan orangtua dalam proses belajar anak-anak di sekolah. Namun dalam waktu yang singkat, ternyata Pak Anies diganti dengan Mendikbud yang baru.Â
Kebijakan yang humanis tidak hanya satu itu. Perpeloncoan yang hilang, UN yang tidak lagi seseram ujian di masa sebelumnya, dimana pendidikan ditekankan pada proses, dan bukan hasil. Saya pribadi merasakan baru kali ini kita benar-benar memiliki Mendikbud yang bekerja dengan hati.
Akhirnya banyak orang tidak terima dan bertanya: Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Pak Anies adalah sahabat Pak Jokowi. Kenapa diberhentikan? Pak Anies adalah menteri yang bagus dan berintegritas. Kenapa diganti? Pak Anies ikut mengantar Jokowi menjadi Presiden. Kenapa Pak Presiden begitu kepada Pak Anies?
Ya tak diragukan lagi Anies Baswedan adalah sosok yang sangat baik, lembut hati, berintegritas. Namun modal itu ternyata kurang ampuh untuk mengganyang begundal-begundal di dunia pendidikan, seperti diistilahkan sahabat saya mas De Fatah. Pungli dan mark up tetap berlangsung di sekolah. Dana alokasi khusus yang harusnya untuk membangun infrastruktur pendidikan, membeli buku dan membuat sekolah negeri menjadi gratis, dana BOS, apakah benar seluruhnya masuk ke sekolah? Benarkah semua sekolah negeri gratis? Jawabannya tidak.Â
Mafia di dunia pendidikan terlalu banyak, licin dan pintar mengakali berbagai peraturan untuk bisa ikut berpesta dengan anggaran pendidikan yang besar itu. Dan Pak Anies terlalu baik untuk menghadapi para begundal itu... Belum lagi soal kurikulum, sertifikasi, guru honorer dan buanyaakkkk lagi permasalahan yang tak kunjung selesai.
Dunia pendidikan kita menunggu perubahan yang signifikan, yang revolusioner. Dibutuhkan sosok yang lebih giras (pinjam istilah sahabat saya Mas Muhammad Jawy). Maka dari itu Presiden memutuskan mengganti Mendikbud setelah 20 bulan berjalan.Â
Terima kasih, Pak Anies sang guru bangsa. Pak Anies sudah mewarnai dunia pendidikan kita sejak lama. Dan 20 bulan ini Pak Anies sudah menjadi Mendikbud yang benar-benar berkesan di hati kami.Â
Seorang Anies Baswedan mestinya bukan pelaksana teknis. Anies Baswedan bila dianaligikan dengan dunia pewayangan, adalah sosok sekelas begawan, resi, yang ilmu dan tingkat kebijaksanaannya lebih tinggi dari manusia biasa. Maka tempat Pak Anies mestinya lebih tinggi dari sekadar "menteri".Â
Saya pribadi yakin Presiden sebenarnya sudah menyiapkan tempat baru yang lebih pas buat karakter  Pak Anies. Dan dimanapun tempatnya, pemikiran Anies Baswedan selalu dibutuhkan oleh dunia pendidikan negeri ini. Bangsa ini membutuhkan Pak Anies, sang begawan pendidikan...
Solo, 2 Agustus 2016