Mohon tunggu...
Niken Satyawati
Niken Satyawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Ibu biasa

Ibu 4 anak, tinggal di Solo. Memimpikan SEMUA anak Indonesia mendapat pendidikan layak: bisa sekolah dan kuliah dengan murah. Berharap semua warga Indonesia mendapat penghidupan layak: jaminan sosial dan kesehatan. TANPA KECUALI. Karena begitulah amanat Undang Undang Dasar 1945.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

2 Jam Bersama Presiden

19 Mei 2015   23:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:48 4010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama hidup di Solo, ada puluhan kesempatan bagi saya  untuk bisa berjarak cukup dekat dengan Pak Jokowi, yang kini menjabat Presiden RI. Beberapa kali saya berusaha mengabadikan momentum itu. Namun hasilnya tidak memuaskan. Yang buram, yang kurang cahaya dll. Sekali kesempatan duduk berdekatan saat test drive bus tingkat, yang kemudian juga menjadi tulisan di Kompasiana tahun 2011, ternyata teman yang memotret tidak kunjung mengirimkan foto kepada saya. Saat blogger Solo termasuk Kompasianer diundang makan siang oleh Walikota di Taman Balekambang menjelang Pak Jokowi maju jadi Gubernur, ada juga foto bareng. Namun ternyata hasil fotonya jelek sekali.

Lebaran lalu saya berkeluh kesah pada kawan saya Imelda Yuniati. Saya mengeluh, banyak kesempatan datang agar bisa foto bersama Pak Jokowi, namun hasilnya tak seindah harapan. Saya pun menyesal tidak bisa datang ke Graha Saba Convention Centre, tempat acara open house Presiden dan keluarga. Sebab bersamaan dengan itu saya ada acara bersama keluarga besar mertua. Kawan saya Imelda menghibur saya. Katanya saya tak akan pernah menduga kapan kesempatan bertemu Presiden bakalan datang.

Ternyata dia benar. Tanpa dinyana tanpa diduga, tahu-tahu saja ada undangan dari Istana, untuk acara makan siang dan diskusi blogger Kompasiana dengan Presiden, lengkap dengan tiket pesawat PP Solo-Jakarta. Undangan ini konon untuk beberapa belas blogger Kompasiana. Ternyata kata-kata kawan saya Imelda waktu itu merupakan doa. Dan doa itu terkabul sudah.

Selasa (19/5/2015) siang, tepat pukul 12.00 WIB kami sudah berkumpul di Ruang Tunggu Presiden di Istana Negara. Dari 13 kompasianer dan satu admin Kompasiana yang diundang, hanya dua yang saya kenal betul. Karena sama-sama dari Solo, mereka berangkat serta pulang bareng saya. Mereka adalah Stefanus Toni alias Tante Paku yang pernah menyandang sebagai Kompasianer Terfavorit tahun 2012, dan Nino Histiraludin.

Adapun admin Kompasiana Pepih Nugraha, sudah saya kenal dan kami juga berinteraksi di Facebook. Namun juga baru kali itu kami bertemu muka satu sama lain. Sementara sisanya yang lain yaitu Opa Axtea99, Alan Budiman, Ninoy Karundeng, Thomson Cyrus, Wahyu, Gatot Swandito, Erri Subakti, Yodha Haryadi (ternyata perempuan) dan Gunawan baru saya temui hari itu. Kendati di dunia Kompasiana, saya sudah berinteraksi melalui komen dengan beberapa dari mereka. Beberapa orang yang tidak saya kenal sebagai kompasianer ikut bergabung. Mereka adalah penggiat media sosial tanpa platform, di antaranya Pak Erizely Bandaro yang dikenal sebagai sosok yang sangat inspiratif melalui Facebook maupun blog pribadinya.

Tak lama kemudian kami dipersilakan masuk ke sebuah ruangan di Istana. Kami duduk saling berhadapan di kursi-kursi yang mengitari sebuah meja panjang, sesuai dengan nama kami masing-masing yang sudah tertulis pada kertas kecil di dekat perlengkapan jamuan makan siang. Kami menunggu beberapa menit. Sosok yang sangat saya kenal, Pak Teten Masduki memegang ponsel. Kebetulan dia beringsut ke sebuah sudut dekat tempat duduk saya. Sehingga saya bisa mendengar percakapannya. Ternyata dia sedang bicara melalui telepon dengan Presiden.”Makan dulu apa Zuhur dulu? Zuhur dulu saja, Pak. Kami tunggu,” ujar Pak Teten sebelum menutup percakapan.

Kami dengan sabar menunggu di ruangan super besar dengan cat serba putih dan tirai merah. Waktu menunjukkan pukul 12.30 WIB. Dan sosok ceking tinggi itu masuk ruangan. Beliau langsung mengulurkan tangan dan berkeliling menyalami kami semua satu per satu. “Lho kok belum makan? Makan duluan boleh, kok. Ayo langsung makan saja,” ujar sosok ramah itu, yang tak lain adalah Presiden RI, Jokowi.

“Bapak duluan,Pak,” ujar seorang kawan kompasianer. Akhirnya Pak Presiden mengambil piring lalu  menuju tempat hidangan yang menunya serba masakan Padang di sudut ruangan raksasa itu. Kami menyusul di belakangnya. Sambil menyendok nasi, Pak Jokowi memanggil saya. Katanya sambil tertawa, dia membaca tulisan terakhir saya di Kompasiana, tentang “Gibran Menghapus Gambar Dajjal dan Berterima Kasih Kepada Jonru”. Hahahaaaa saya merasa tersanjung.

Kami lalu duduk ke kursi masing-masing. Pak Jokowi tidak berada di ujung meja, melainkan di tengah-tengah, berbaur dengan kompasianer. Acara makan siang berlangsung. Nyaris tak ada yang bicara. Selanjutnya Pak Teten Masduki bertindak sebagai moderator. Dia mempersilakan semua yang hadir memperkenalkan diri. Acara dilanjutkan diskusi santai. Pak Presiden lebih banyak mendengarkan. Di penghujung diskusi, kemudian beliau bicara, menjawab beberapa pertanyaan maupun masukan dari kompasianer. Kesan saya, Pak Presiden itu orangnya lucu. Menyimak dia bicara bagaikan menonton tayangan stand up comedy saja. Sayang kemudian dia  memberikan closing statement, berupa ucapan terima kasih kepada semua kompasianer yang sudah memberikan sumbangsih kepada bangsa melalui tulisan-tulisannya.

Acara makan siang dan diskusi yang berlangsung 2 jam berlalu begitu saja. Rasanya terlalu singkat kebersamaan kami dengan Kepala Negara. Masih banyak masukan dan keluh kesah yang ingin disampaikan. Namun sejumlah tamu Negara sudah menunggu giliran bertemu Presiden juga. Akhirnya kami pamit. Sebelumnya Pak Teten mengabadikan kebersamaan kami dengan kamera ponselnya. Kami juga banyak difoto oleh juru foto istana. Semua kamera maupun gadget yang kami siapkan memang tidak diperkenankan untuk dibawa masuk.

Apapun, itu merupakan momentum terbaik saya sebagai warga negara. Itu juga merupakan penghargaan tertinggi sebagai blogger Kompasiana. Tulisan-tulisan di Kompasiana telah mengantarkan saya bertemu Presiden di istana. Rasanya seperti mimpi saja.

Solo, 19 Mei 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun