[caption id="attachment_407445" align="aligncenter" width="576" caption="Courtesy by Imelda Yuniati"][/caption]
Selama ini barangkali orang sudah tahu bahwa Gibran Rakabuming, anak sulung Presiden Jokowi, mengelola sebuah usaha katering, gedung pertemuan dan paket jasa pernikahan. Namun belum banyak yang tahu usahanya yang lain dan relatif baru, yaitu berjualan martabak kaki lima. Sayapun baru tahu berdasarkan cerita seorang teman yang rumahnya dekat dengan salah satu lokasi cabang usaha.
Nama brand usaha martabak ini adalah Markobar, singkatan dari "Martabak Kota Barat". Memang dimulainya usaha ini dari menggelar lapak di kawasan  kaki lima di Jl dr Moewardi  Solo, dekat Lapangan Kota Barat. Pemilik usaha yang di Kota Barat adalah Pak Budi.  Brand usaha tersebut mengambil lokasi martabak dipasarkan.
Usaha  martabak Markobar  ini tergolong sukses. Dalam waktu sekitar satu tahun sejak dibuka, Markobar punya pangsa pasar tersendiri. Mereka adalah anak-anak muda penggemar martabak yang bosan dengan topping martabak biasa. Rasa keju, coklat dan kacang barangkali memang jenis topping yang terlalu mainstream bagi kalangan ini.
Adapun Markobar tampil beda dengan topping delapan jenis tiap satu pan (loyang/wajan pemanggang). Jadi bila martabak dimakan sebanyak delapan orang, mereka bisa membeli satu martabak dengan delapan varian topping. Pilihan toppingnya juga tidak mainstream. Anda bisa memilih green tea yang menyehatkan. Atau  coklat toblerone, Ovomaltine, Silverqueen, Kit Kat, Nutella dan lain sebagainya yang tak diragukan lezatnya.
Untuk menebus kreativitas konsep martabak dari Markobar ini, orang harus merogoh kocek Rp 50.000 untuk tiap pan. Agak mahalan sedikit dibanding martabak konvensional. Tapi toh harga yang tergolong mahal itu tak mengurangi minat pelanggan untuk menikmati sensasi martabak Markobar.
Hingga kemudian dibukalah cabang kedua di kawasan kaki lima dekat kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dan baru-baru ini cabang ketiga dilaunching. Gibranlah yang berinisiatif membuat Markobar naik kelas. Oleh karena itu dia memilih lokasi dan setting warung yang lebih berkelas.
Lokasinya agak berbeda dibanding cabang pertama dan kedua. Untuk yang ketiga ini Markobar buka di kawasan dan lokasi yang lebih elite, tepatnya di sebelah barat Solo Grand Mall. Nah saat meninjau lokasi usaha Markobar yang ketiga ini terungkap siapa sebenarnya pemilik usaha Markobar. Â Setting lokasinya pun berbeda dari dua lokasi lainnya. Yang ketiga ini lebih menyerupai sebuah kafe. Kafe martabak Markobar makin lama makin ramai.
Lancarnya usaha Markobar ini, jelas bukan karena pemiliknya anak seorang pemimpin negeri ini. Sebab Gibran tak pernah koar-koar atau beriklan sambil nampang dengan martabaknya. Sejumlah teman saya yang mengaku bolak-balik membeli Markobar, tak ada satu pun yang mengetahui bahwa usaha Markobar ini dimiliki Gibran Rakabuming. Penggemar Markobar yang acapkali rela antre membeli martabak, adalah murni pencinta jenis makanan ini.
Usaha martabak ini tentu sebuah usaha yang terlalu biasa dan bahkan sepele bila melihat siapa yang menjalankannya. "Tentu saja ini bukan soal hitungan uang. Saya kira ini lebih pada nilai-nilai yang ditanamkan keluarganya. Bahwa pekerjaan halal apapun jika dilakukan dengan kesungguhan dan usaha keras, niscaya akan berbuah manis," ujar kawan saya dalam status dan gambar martabak Markobar di Facebook-nya, yang kemudian menjadi awal mula saya tertarik menuliskannya di Kompasiana.
Untunglah ada yang ngasih tahu bahwa usaha Markobar itu besutan Mas Gibran. Jadi kapan-kapan kalau  jajan martabak ke sana saya akan bawa tongsis. Kali-kali aja ketemu owner Markobar. Kan lumayan bisa selfie sama anak presiden.