Mohon tunggu...
Niken Satyawati
Niken Satyawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Ibu biasa

Ibu 4 anak, tinggal di Solo. Memimpikan SEMUA anak Indonesia mendapat pendidikan layak: bisa sekolah dan kuliah dengan murah. Berharap semua warga Indonesia mendapat penghidupan layak: jaminan sosial dan kesehatan. TANPA KECUALI. Karena begitulah amanat Undang Undang Dasar 1945.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jejak Letusan Kelud terasa di Solo, Sekolah Diliburkan

14 Februari 2014   07:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:50 1176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_322469" align="aligncenter" width="470" caption="Suasana Jl Slamet Riyadi Solo. (Foto by Ridho Taqobballaloh)"][/caption]

Kamis (13/2/2014) mendekati tengah malam, saya masih terjaga karena membalas komen artikel Kompasiana  tentang Jokowi. Jendela bergetar. Dentuman-dentuman seperti geledek terdengar. Makin konstan dan lama, hingga sekitar setengah jam nyaris tanpa henti.

Saya keluar rumah. Ternyata para tetangga juga melakukan hal yang sama. Kami saling bertanya, ada apa? Baru kami sadar,  itu adalah bunyi dentuman dan getaran vulkanik akibat meletusnya Gunung Kelud. Saya buka Facebook, ternyata sudah ramai status meletusnya Gunung Kelud. Kami yang di Solo merasakan hal seperti itu. Bagaimana dengan Saudara-Saudara kami yang tinggal di sekitar Gunung Kelud? Saya tak berani membayangkan.

Saya nyalakan televisi. Beberapa stasiun masih konsisten dengan sinetron sampah. Ada beberapa yang memutar film Hollywood. Tapi TV One dan Metro TV ternyata sudah melaporkan situasi terkini Gunung Kelud. Sayang hanya melalui telepon, bukan laporan on the screen on the spot. Dari televisi saya tahu di sekitar Gunung Kelud sudah terjadi hujan batu. Sambil berdoa untuk keselamatan saudara-saudara di Kediri dan sekitarnya, saya pun tidur.

Saat bangun pagi sehabis melaksanakan Salat  Subuh, kompleks sudah ramai. Padahal suasana masih gelap. Astaghfirullahal 'adzim... ! Hujan abu mengguyur cukup deras. Begitu cepat suasana berubah. Jalan tertutup abu. Tanaman-tanaman dan mobil yang diparkir di luar rumah juga demikian. Genteng rumah semua sudah berubah warna menjadi putih-kelabu.

Anak-anak saya bangunkan, mereka saya minta tetap bersiap ke sekolah. Tapi rasanya tak mungkin membawa mereka ke tempat belajarnya dengan motor seperti biasa saya lakukan tiap hari. Tentu kami akan berjibaku dengan debu selama perjalanan. Akhirnya suami putuskan mengantar anak-anak dengan mobil. Pukul 06.00 WIB anak tetap berangkat ke sekolah karena belum ada pengumuman sekolah diliburkan.Anak saya sudah telanjur berangkat, ketika kemudian kami mendapat informasi bahwa sekolah se-Solo diliburkan karena situasi yang tidak memungkinkan akibat hujan abu.

Demikian juga penerbangan dari Bandara Adisoemarmo sementara dibatalkan karena angkasa tertutup abu. Ini dilaporkan seorang kawan yang hendak bepergian ke Jakarta dengan menumpang pesawat. Sudah sampai di Bandara, pulang lagi.

[caption id="attachment_322461" align="aligncenter" width="302" caption="Kondisi jalanan di kompleks Jumat (14/2) pagi."]

1392335443456401507
1392335443456401507
[/caption]

Di tengah kota, jalan lebih lengang dari biasanya. Namun abu bertebaran karena tertiup angin saat  kendaraan  melaju. Laporan seorang kawan, jarak pandang hanya 10 meter. Pengguna jalan harus ekstra hati-hati.

Namun di balik bencana, ada hal yang indah. Di Jl Agus Salim, Laweyan, ada warga yang suka rela membagi-bagikan masker kepada pengguna jalan. Semoga keberkahan hidup selalu melingkupi dia. Sayang tak ada kesempatan mengabadikan dengan kamera. Bila makin banyak warga bersifat penolong dan fast respons seperti ini, saya yakin Indonesia akan baik-baik saja.

Sementara itu hingga pukul 07.30 WIB menjelang tulisan ini saya posting, hujan abu masih berlangsung. Abu makin tebal menutup apapun yang ada di luar rumah. Sementara ketebalan tumpukan abu rata-rata mencapai satu sentimeter,

Semoga saja Saudara-Saudara kita di sekitar Gunung Kelud selamat. Amieen ya Rabb...

1392336467107183127
1392336467107183127

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun