Menjadi guru adalah sebuah panggilan. Itulah yang dulu kuhayati. Selama 18 tahun mengabdi di sebuah sekolah swasta katolik menjadikan aku menyadari bahwa nafas seorang guru tidak cukup hanya dengan motivasi PANGGILAN. Menikamti setiap pergantian kurikulum, menikmati pergeseran makna MENGAJAR, mengupas tuntas setiap peristiwa yang terjadi di kelas tidak cukup dengan helaan nafas bahwa guru adalah panggilan.
Kelas adalah rumah kedua. semua isinya bisa kuhayati sebagai sebuah keluarga. Para siswa dan orang tua. Tidak hanya guru yang berjuang menjadikan anak-anak itu hebat dengan gaya dan caranya sendiri. Orang tua juga telah berjuang keras untuk mewujudkan impiannya terhadap anak-anak yang dicintainya.
Anak-anak di sekolah adalah motivasi terbesar bagiku terutama ketika mendapati hal-hal baru yang bagiku sulit. Terutama yang berkaitan dengan digitalisasi. Merekalah yang selalu membuatku lastas berdiri dan membuang jauh putus asa. Dukungan orang tua yang siap sedia mendukung dan bekerja sama menjadi energi berikutnya sehingga aku berdya untuk tetap berjalan meskipun seringkali tertatih. orang tua adalah kehebatan yang menjadikan para siswa tetap hadir setiap hari dengan keceriaan.
Berusaha menjadi GURU dalam konsep filosofi jawa yaitu Digugu dan Ditiru. seorang guru haruslah menjadi sosok yang berperilaku baik, berkata-kata baik, bersikap baik sehingga siswa menjadikannya sebagai teladan dan role model. Jika kita melihat di media sosial, begitu banyak gru-guru yang sudah handal menjadi konten kreator, ahli dalam pengemasan media pembelajaran secara digital, bahkan menjadi juara di berbagai bidang perlombaan. Pastilah itu guru yang HEBAT.
Namun, janganlah kita lupa bahwa guru adalah seorang pengajar dan pendidik. Bukanlah salah mereka menguasai jagat maya, bukanlah keliru mereka memiliki prestasi berjajar. Yang harus tetap dilekatkan pada saat mereka di depan para siswa adalah keguruannya. Membimbing dan membawa anak-anak bangsa menjadi anak-anak yang BERKARAKTER BAIK. Tidak lagi dipungkiri hal tersebut semakin memudar. Maka guru harus bekerjasama dengan orang tua untuk menghadirkannya lagi.
anak-anak di kelas adalah energiku. Kehadiran mereka setiap hari selalu membawa banyak cerita yang siap kudengarkan. Candaan, kemarahan versi mereka membuatku selalu tertawa dan belajar memahami dunia mereka. Mereka selalu penuh perhatian, siap mendengarkan, siap mengahdirkan tawa bahkan selalu menjadikan suasana di kelas SERU,
senang dan gembira adalah salah satu resep memudahkan memberikan pelajaran bagi mereka. satu persatu harus kukenali karakter dan jiwanya. Inilah makna dari guru adalah panggilan. Memberi warna dan hiasan disetiap hariku. Mereka menjadikanku orang tua meski sejenak waktu saat di sekolah. Dan aku suka menerimanya. mendengarkan keluhan, bahkan pertengkaran mereka. Pertengkaran anak-anak yang lantas lenyap sekejap ketika aku menautkana tangan mereka untuk bermaafan. kalian itu memang memebri energi sehingga selalu mensyukuri adanya diriku. terima kasih ya. SELAMAT HARI GURU DIRIKU.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H