Namanya Yusifi Erna. Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia jurusan Jurnalistik ini bukan tidak mampu menembus dunia kerja. Ibu 3 anak ini tercatat pernah menjadi guru TK Swasta. Terpaksa berhenti karena rupanya sekolah tersebut tidak nasionalis. Larangan-larangan tidak masuk akal membuatnya tidak nyaman. Panggilan menjadi guru Bahasa Indonesia di sebuah SMK negeripun terpaksa ditolaknya. Alasan klasik seorang ibu, anak-anak tidak ada yang ngurusi. Lebih memilih mendampingi anak-anak tercintanya adalah pilihan yang wajib dihargai.
 Mantan guru TK inipun banting setir membuka toko kecil dengan menjual berbagai kebutuhan sehari-hari.Â
 "Ternyata saingan begitu banyak." Tuturnya.Â
 Memang benar, di sepanjang jalan depan rumah saja ada 3 orang yang jualan serupa. Otak sarjananya berputar, mencari celah untuk bisa tetap eksis. Bukan sekedar mencari tambahan penghasilan namun eksistensi sebagai perempuan yang mandiri menjadi pendorong utamanya. Banyak hal yang sudah dicobanya. Menjual sayur yang sudah dikemas beserta bumbunya. Menjual sarapan ndeso seperti nasi ampok, nasi tiwul dan nasi pecel Blitar dengan bumbu buatan tangannya sendiri. Bukan tanpa peminat jika akhirnya dia memilih konsetrasi menjual makanan sehat berbahan dasar buah.Â
Â