Mohon tunggu...
NikenDe
NikenDe Mohon Tunggu... Guru - Vinsensia Niken Devi Intan Sari

Lahir di sebuah desa yang terletak ditengah hutan jati. Desa tersebut berada di wilayah kabupaten Banyuwangi. Daerah yang terlanjur terkenal kembali dengan sebutan Desa Penari. Niken kecil hidup diantara orang tua yang berprofesi sebagai guru. Guru jaman OLD. Dengan segala kekurangannya, namun tetap dan terus mensyukuri dan menyemangati anak-anaknya untuk berpendidikan tinggi. Dengan satu semboyan Ajaib dari mereka bahwa "Pasti ada jalan jika itu untuk biaya pendidikan." That is TRUE. Benarlah adanya. Kami, anak-anak guru SD di sebuah desa kecil tersebut mampu melanjutkan sekolah sampai lulus Sarjana. Mimpi Bapak Ibu terkabul. Hobi menulis menjadi sebuah kegiatan yang selalu memhadirkan CANDU. Menekuninya menghadirkan kegembiraan tersendiri. Semoga menjadikan manfaat bagi banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hidup Sehat Menunggu Wabah

19 April 2020   21:23 Diperbarui: 19 April 2020   21:30 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fasilitas cuci tangan dari kelurahan (dok pribadi)

Imbauan yang terpasang di pintu utama perumahan (dok. pribadi)
Imbauan yang terpasang di pintu utama perumahan (dok. pribadi)
Itulah yang terjadi di masyarakat kita, masyarakat +62. Coba perhatikan di lingkungan tinggal anda. Apakah sudah terpasang himbauan physical distancing? apakah sudah juga tersedia tempat cuci tangan di tiap radius sekian meter? Itulah perubahan yang harus disyukuri sebagai akibat dari covid 19 ini..

Jaman saya masih kecil, sekitar tahun 80 an, pernah juga terjadi wabah di desaku. Orang Jawa mengatakan sebagai PAGEBLUG. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pageblug diartikan sebagai wabah penyakit atau epidemi.

Epidemi adalah penyebaran penyakit dengan jumlah banyak yg menyerang secara cepat. Saat itu, saya melihat, bagaimana orang sakit lalu lalang di depan rumah. Kebetulan 50 meter dari rumah kami berdiri Puskesmas desa. Seluruh warga yang sakit di bawa ke sana.

Ngerinya masih terekam di ingatan saya. Istilah, isuk loro, sore mati (pagi sakit, sore meninggal), itu benar-benar nyata. Jika pagi sebelum aku berangkat sekolah, ada yang dibawa ke puskesmas, pasti sorenya dibawa kembali sudah dalam keadaan meninggal.

Bayangan orang ditandu memakai sarung motif kotak-kotak masih jelas sekali. Waktu itu belum ada ambulance, mobil dan sepeda motor masih jarang. Sarung dengan 2 kayu atau bambu di kanan kirinya adalah bentuk tandu yang paling gampang dibuat.

Puskesmas kecil yang tidak memiliki kamar rawat inap akhirnya menggunakan tempat paskir belakang bangunan untuk menampung warga yang sakit. Puskesmas yang biasanya gelap gulita di malam hari, menjadi ramai dan lampu-lampu petromak warga menjadi penerang.

Akibatnya, menjelang senja tidak ada yang berani keluar. Sepi. Biasanya, anak-anak seusiaku masih keluar setelah magrib sampai isak untuk main petak umpet atau jamuran, namun wabah itu membuat kami hanya diam di rumah. Semua takut terkena penyakit yang tidak ada obatnya itu. Endemi yang pernah terjadi di desaku.

Belakangan baru diketahui bahwa saat itu sedang terjangkit wabah penyakit ELTOR atau MUNTABER. Ternyata obatnya hanya oralit. Nah,  covid 19 ini sudah dinyatakan Pandemi.

Pandemi adalah penyakit yang menyerang orang dalam jumlah banyak dan terjadi di banyak tempat. Lebih singkatnya pandemi adalah epidemi yang tersebar. Artinya lebih berbahaya. Parahnya lagi, banyak orang yang terlihat sehat namun ternyata sakit. Mereka ini bahkan bisa menulari yang lain.

Pada jaman pageblub itu, masyarakat menjadi ketakutan dan patuh dengan sendirinya. Tidak berkeliaran. berbeda dengan keadaan sekarang. Barisan NGEYEL dan PASUKAN (MERASA) KEBAL masih seambreg dan berkeliaran. Kerjaanya mencaci dan memaki setiap himbauan yang diberikan.

Ketika himbauan dilarang berkumpul, masih saja banyak yang cangkrukan sambil minum kopi rame-rame. Kata-kata, aku sehat koq, masih sering terdengar. Merasa bisa menjaga diri lebih baik dari yang lain membuat mereka tidak peduli dengan orang-orang yang memiliki resiko tinggi untuk terjangkit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun