Jaman saya masih kecil, sekitar tahun 80 an, pernah juga terjadi wabah di desaku. Orang Jawa mengatakan sebagai PAGEBLUG. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pageblug diartikan sebagai wabah penyakit atau epidemi.
Epidemi adalah penyebaran penyakit dengan jumlah banyak yg menyerang secara cepat. Saat itu, saya melihat, bagaimana orang sakit lalu lalang di depan rumah. Kebetulan 50 meter dari rumah kami berdiri Puskesmas desa. Seluruh warga yang sakit di bawa ke sana.
Ngerinya masih terekam di ingatan saya. Istilah, isuk loro, sore mati (pagi sakit, sore meninggal), itu benar-benar nyata. Jika pagi sebelum aku berangkat sekolah, ada yang dibawa ke puskesmas, pasti sorenya dibawa kembali sudah dalam keadaan meninggal.
Bayangan orang ditandu memakai sarung motif kotak-kotak masih jelas sekali. Waktu itu belum ada ambulance, mobil dan sepeda motor masih jarang. Sarung dengan 2 kayu atau bambu di kanan kirinya adalah bentuk tandu yang paling gampang dibuat.
Puskesmas kecil yang tidak memiliki kamar rawat inap akhirnya menggunakan tempat paskir belakang bangunan untuk menampung warga yang sakit. Puskesmas yang biasanya gelap gulita di malam hari, menjadi ramai dan lampu-lampu petromak warga menjadi penerang.
Akibatnya, menjelang senja tidak ada yang berani keluar. Sepi. Biasanya, anak-anak seusiaku masih keluar setelah magrib sampai isak untuk main petak umpet atau jamuran, namun wabah itu membuat kami hanya diam di rumah. Semua takut terkena penyakit yang tidak ada obatnya itu. Endemi yang pernah terjadi di desaku.
Belakangan baru diketahui bahwa saat itu sedang terjangkit wabah penyakit ELTOR atau MUNTABER. Ternyata obatnya hanya oralit. Nah, Â covid 19 ini sudah dinyatakan Pandemi.
Pandemi adalah penyakit yang menyerang orang dalam jumlah banyak dan terjadi di banyak tempat. Lebih singkatnya pandemi adalah epidemi yang tersebar. Artinya lebih berbahaya. Parahnya lagi, banyak orang yang terlihat sehat namun ternyata sakit. Mereka ini bahkan bisa menulari yang lain.
Pada jaman pageblub itu, masyarakat menjadi ketakutan dan patuh dengan sendirinya. Tidak berkeliaran. berbeda dengan keadaan sekarang. Barisan NGEYEL dan PASUKAN (MERASA) KEBAL masih seambreg dan berkeliaran. Kerjaanya mencaci dan memaki setiap himbauan yang diberikan.
Ketika himbauan dilarang berkumpul, masih saja banyak yang cangkrukan sambil minum kopi rame-rame. Kata-kata, aku sehat koq, masih sering terdengar. Merasa bisa menjaga diri lebih baik dari yang lain membuat mereka tidak peduli dengan orang-orang yang memiliki resiko tinggi untuk terjangkit.