Tikus, hewan pengerat yang pernah membawa wabah blackdeath pada abad ke 14 di Eropa, memang tidak boleh disepelekan kehadirannya. Kejadian digigit tikus menjadi pengalaman yang tidak akan pernah aku lupakan sekaligus memberikan pelajaran berharga.
Bukan rasa sakit karena gigitannya yang membuatku cemas, justru setelah digigit jadi bertanya-tanya apakah gigitan tikus perlu vaksin rabies?
Jika perlu vaksin, bagaimana cara mengakses Vaksin Anti Rabies (VAR) dan banyak pertanyaan lagi yang sukses membuatku overthinking sepanjang hari.
Pengalaman Digigit Tikus
Pada awal bulan Oktober, aku digigit tikus sampai berdarah. Kejadiannya berlangsung sangat cepat, gigitannya berjumlah 3 titik di tangan kiriku dan ternyata ada 1 titik gigitan yang tembus sampai berdarah-darah.
Pertolongan pertama langsung aku lakukan yaitu membasuh gigitan dengan air mengalir dan sabun, kemudian diberikan betadine pada luka bekas gigitan. Setelah itu aku terus mencari informasi tentang langkah selanjutnya.
Dari berbagai informasi yang aku dapat, kemungkinan rabies setelah digigit tikus itu minim sekali. Namun ada yang perlu diwaspadai yaitu demam gigitan tikus/Rat Bite Fever (RBF), ditularkan dari bakteri yang masuk setelah digigit tikus.
Digigit Tikus Berbahaya dan Perlu Vaksin Rabies?
Digigit tikus berbahaya atau tidak? Menurut dokter yang aku temui di klinik Bunda Medika, tentu saja gigitan tikus berbahaya walau lukanya hanya kecil.
Aku harus segera mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) sebelum 24 jam karena digigit tikus liar. Namun sayang sekali klinik tidak menyediakan VAR, jadi harus ke puskesmas terdekat.
Dari klinik, dokter memberiku salep antibiotik, antibiotik oral, obat demam dan pereda nyeri. FYI, 10 menit pasca gigitan, aku tidak merasakan alergi apa-apa jadi tidak terlalu khawatir.