Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FITO] Di Dalam Rumah Besar

25 Agustus 2016   02:52 Diperbarui: 25 Agustus 2016   03:25 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku berjalan gontai menuju sebuah rumah besar  yang tidak kuanggap sebagai rumah. Semua penghuninya mempunyai penyakit khawatir yang berlebihan dengan kepergianku. Ya jelas mereka khawatir karena tidak ada yang mengerjakan pekerjaan rumah.  Tetapi apa dayaku ketika keadaan memaksaku untuk menjadi bagian dari rumah itu. Ah rasanya ingin aku pergi saja meninggalkan rumah besar dengan para penghuninya yang ruwet ini. Tetapi bagaimana nanti dengan ibuku yang jauh disana. Ah ibu, hanya engkau yang mampu menguatkanku untuk tetap tinggal disini. Tapi aku janji setelah perjanjian setan ini selesai, aku tidak akan pernah membiarkan siapapun memisahkanku denganmu lagi.

“Aku pulang”, sapaku sambil mendorong pintu masuk. Disana sudah terlihat para penghuninya duduk bersama di ruang tamu. “Mati aku, ada apa ini?”, bisikku pada diri sendiri. Rasa kaget bercampur deg-degan dan takut membuatku mulai mengucurkan keringat dingin.

“Duduk!”

Kemudian aku duduk di tempat dimana aku seperti seorang tersangka yang akan dihakimi oleh seluruh penghuni rumah. Diujung sana kulihat kedua orang yang ku hormati duduk dan menatap tajam. Mereka saling berbisik sambil sesekali melihatku.

Brakkk

Tiba-tiba sebuah buku diary dilempar ke meja tengah dan gebrakan meja juga  membuatku kaget setengah mati seolah jantungku mau copot saat itu juga. Bagian dari diary itu diberi garis merah agar lebih terlihat mencolok.

“Maumu apa nulis kayak gini? Kamu ini anak macam apa?!”

Aku melihat itu tulisanku semalam. Tulisan seorang anak yang memang sangat menginginkan kedua orang tuanya berpisah. Aku dalam keadaan sadar menuliskan tentang ini karena aku melihat perlakukan bapak kepada ibu dan anak-anaknya seperti apa. Aku seorang saksi dan korban KDRT verbal maupun fisik yang mencurahkan keinginannya dalam sebuah buku diary, kini dihakimi oleh penghuni rumah besar yang notabene adalah keluarga bapakku. Ku tegapkan badanku, ku siapkan kata-kata untuk biacara tanpa ada airmata yang keluar. Tetapi

Plakkkk

Gelap yang kurasakan ketika sebuah tangan mendarat di kepalaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun