Mohon tunggu...
Niken S D Kusumaningrum
Niken S D Kusumaningrum Mohon Tunggu... -

My name is Niken Safitri Dyan Kusumaningrum, and you can call me Niken. \r\n\r\nSince April 2008, I work in Department of Nursing, Faculty of Medicine, Diponegoro University. My major is nursing especially medical surgical nursing.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merekam Jejak Emansipasi Kaum Hawa di Era Globalisasi

21 April 2013   14:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:51 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

APRIL. Identik dengan bulannya wanita. Bulan yang selalu mengingatkan kembali akan seorang pejuang wanita, RA KARTNI, dalam memperjuangkan hak-hak wanita yang dikenal sebagai emansipasi wanita hingga bisa seperti sekarang ini. Beliau selalu akan terpatri di hati memberikan inspirasi bagi pengembangan diri para wanita di Indonesia.

Dahulu kala, sebelum dikenal adanya emansipasi wanita, hak kaum hawa ini banyak terinjak-injak karena dianggap lemah, tidak bisa apa-apa, dan dianggap tidak berdaya dibandingkan dengan kaun pria. Banyak keterbatasan dan diskriminasi yang disandang oleh seorang wanita mulai dari tidak diijinkannya mengenyam pendidikan yang tinggi seperti kaum pria, tidak bebas menentukan pilihan atau bahkan tidak mempunyai pilihan sama sekali, dan lebih parah lagi hanya dianggap sebagai “konco wingking”. Wanita, dianggap, hanya dikodratkan untuk diam di rumah, melayani suami, dan mengerjakan pekerjaan dapur dan rumah tangga.

Pada era globalisasi seperti saat ini istilah emansipasi sudah tidak asing lagi.Peran seorang wanita sangat banyak. Pekerjaan atau pun profesi yang dahulu lebih identik dilakukan oleh pria menjadi tidak asing lagi jika juga dilakukan oleh wanita. Di era ini, wanita tidak hanya bekerja di lingkungan rumah. Jadi, bukanlah suatu pemandangan yang tabu bila seorang wanita banyak melakukan pekerjaan dan aktivitasnya di luar rumah.

Kini, kaum wanita di negeri ini dapat menikmati apa yang disebut persamaan hak atau emansipasi. Wanita memiliki kebebasan dalam berbagai aspek, baik pendidikan, sosial, ekonomi maupun politik. Dalam bidang pendidikan, banyak wanita yang memiliki gelar membanggakan karena tingginya tingkat pendidikan yang telah dicapai. Dalam bidang ekonomi, tidak sedikit wanita yang menjadi pengusaha sukses. Begitu juga dalam bidang politik, banyak wanita di negeri ini berlomba-lomba menjadi wakil rakyat bahkan menjadi pemimpin negara. Wanita juga banyak berkecimpung dalam pekerjaan di mana pekerjaan tersebut banyak digeluti oleh kaum pria.

Tidak sedikit wanita yang mencetak prestasi dan mampu mengharumkan nama bangsa Indonesia dengan prestasi-prestasi yang diperolehnya. Sri Mulyani Indrawati, contohnya. Wanita yang kini menjabat sebagai direktur pelaksana Bank Dunia ini mempunyai segudang capaian baik di Indonesia maupun dunia internasional. Lain lagi dengan Megawati Soekarno Putri yang merupakan wanita Indonesia dengan capaian politik tertinggi setelah berhasil menduduki kursi RI 1 pada tahun 2001 lalu. Belum lagi Mooryati Soedibyo, cucu Sri Susuhunan Paku Buwono X dari Keraton Surakarta ini, yang menjabat sebagai Presiden Direktur Mustika Ratu. Selain itu, masih banyak lagi wanita-wanita hebat yang telah menorehkan prestasi dibidangnya masing-masing.

Kedudukan wanita saat ini sedikit banyak memang sudah mulai terakui. Lihat saja, mulai dari adanya pemberdayaan wanita, UU anti kekerasan terhadap wanita, dan adanya lembaga-lembaga yang membela hak wanita merupakan contohnya. Bahkan, masalah keterwakilan wanita dalam parlemen pun mendapatkan perhatian dengan diaturnya hal tersebut dalam undang-undang.

Melihat peranan wanita di era ini, meskipun tidak ada lagi diskriminasi, bukan berarti wanita bebas berbuat apa saja. Bagaimana pun, tetap ada pekerjaan atau hal-hal yang biasa dilakukan kaum pria yang tidak bisa digantikan posisinya oleh wanita. Maksudnya, meskipun dalam pekerjaannya wanita menjadi seorang pimpinan dan berpenghasilan lebih tinggi dibanding suaminya, akan tetapi dalam kehidupan berkeluarga, sang suamilah yang tetap memegang tampuk pimpinan dalam keluarga.

Namun sayangnya, emansipasi yang dilakukan oleh wanita-wanita yang hidup di era globalisasi seperti saat ini mengalami penurunan nilai dari apa yang seharusnya. Ada peran yang mulai berkurang dengan semakin tingginya tingkat emansipasi wanita, yaitu peran sebagai istri maupun ibu dari anak-anaknya. Bukan hanya itu, tidak sedikit wanita yang mencari pembenaran dengan mengatasnamakan emansipasi wanita, tidak ingin tindakan yang dilakukannya dianggap salah. Kesibukan seorang wanita di luar rumah membuatnya lupa akan peran dan kodrat yang sesungguhnya di dalam keluarga.

Di era sekarang, begitu banyak aktivitas yang bisa dilakukan oleh wanita dan bebas dari diskriminasi. Akan tetapi, tetap harus diingat untuk tetap memperhatikan batas-batas yang wajar agar wanita terhindar dari hal-hal yang membahayakan dirinya. Oleh karena itu, janganlah kita memaknai emansipasi sebagai penggunaan hak untuk melakukan apapun sebebas-bebasnya. Jangan sampai semangat emansipasi itu menjadikan kaum wanita keluar dari koridor, merasa bebas melakukan apapun yang justru akan menjatuhkan harkat dan martabat wanita itu sendiri. Jadi mari kita luruskan kembali makna emansipasi di era globalisasi ini, jangan sampai penyimpangan makna yang terjadi membuat wanita kembali dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Seorang wanita harus bisa mandiri, namun tidak melupakan kewajiban kodratinya sebagai seorang wanita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun