Malioboro merupakan kawasan yang digunakan oleh pedagang- pedagang dari industry kecil maupun menengah untuk menggelar lapak disepanjang jalan tersebut. Kawasan Malioboro ini sangat dekat dengan stasiun kereta api, dan letaknya pun sangat sangat strategis yang berada ditengah kota oleh karena itu banyak sekali dikunjungi oleh para wisatawan- wisatawan lokal dan wisatawan- wisatawan asing. Karena letaknya yang sangat strategis maka banyak pedagang yang menjajakan dagangannya di sepanjang jalan Malioboro tersebut. Baik mereka yang mempunyai izin dagang maupun yang tidak mempunyai izin atau bisa disebut illegal. Buat mereka yang menjajakan dagangannya dengan illegal ini pastilah mereka mempunyai alas an khusus mengapa mereka tetap menggelar lapak di kawasan tersebut?
Hari Jumat, 21 September 2012 sekitar pukul 15:45 saya melihat ada dua truk Satpol PP yang berada disepanjang jalan Malioboro. Selidik punya selidik ada pelantikan Sri Sultan hamengku Buwono X menjadi Gubernur di kawasan tersebut, maka saya berkesimpulan dua truk polisi tadi sebagai patwal untuk menjaga kelangsungan acara pelantikan di kawasan tersebut. Sore itu saya sedang berada dikawasantersebutbersama teman saya. Mendengar suara seseorang yang berteriak teriak “woyy.. woyy..woyy..” dari arah utara dan langsung disambut riuh oleh para pedagang yang berada dikawasan selatan atau lebih tepatnya pedagang di trotoar depan Museum Benteng Vredeburg untuk segera membereskan barang dagangannya. Ada ibu -ibu yang sedang hamil tua bergegas membereskan dagangannya dengan nafas yang terengah engah. Ada pula seorang ibu- ibu yang sedang bermain dengan anaknya didepan barangdagangannya mendengar teriakan dari temannya tadi langsung bergegas menyembunyikan barang dagangannya. Dan setelah dua truk Satpoll PP tadi datang mereka tetap berada disitu namun barang dagangannya telah disembunyikan ditempat yang menurut mereka aman. Saya yang baru sekali ini melihat kejadian seperti itu.
Melihat pedagang kecil yang pontang panting menjajakan barang dagangannya harus berlari- lari menyembunyikan barang yang dijajakannya agar tidak diambil oleh petugas Satpol PP itu sangat kasihan. Menurut sumber yang saya dapat, pada hari itu kawasan Malioboro hingga pukul 15:45 tadi itu penertiban dari petugas Satpol PP yang ketiga.Yang pertama terjadi pada pagi hari, yang mengangkut cukup banyak pedagang illegal. Namun setelah penertiban mereka dibebaskan kembali, dan oleh Satpoll PP yang pada penertiban awal itu melakukan penertiban bersama Kepala Satuan Polisi atau Satpol PP itu. Yang kedua terjadi pada siang hari, kali ini tidak banyak menertibkan pedagang karena pedagang pedagang illegal tadi belajar dari pengalaman penertiban awal. Begitu pula penertiban yang terjadi di sore hari.
Menurut sumber yang saya dapatkan, penertiban tersebut rutin dilakukan oleh Satpol PP dikawasan tersebut. Dikarenakan di kawasan itu memang sudah dilarang untuk berjualan. Depan Benteng Vredeburg yang dulunya digunakan untuk area parkir pengunjung yang ingin bersantai di depan Monumen 1 Maret kini pun juga tidak diperbolehkan. Penertiban ini dilakukan untuk membuat pedagang pedagang illegal itu jera. Saat penertiban dilakukan dan jika ada pegadang yang terangkut oleh truk Satpol PP merekahanya diberi peringatan, dan apabila mereka dapat menunjukkan KTP mereka pun dapat bebas kembali. Jika tidak barang- barang yang ikut disita tadi tidak boleh diambil. Berulang kali ketika Satpol PP datang mereka menyembunyikan barang dagangannya, setelah para petugas Satpol PP itu pergi para pedagang illegal itu kembali menggelar lapak dagangannya.
Sempat saya menanyakan pada narasumber tadi, apakah ada pelatihan- pelatihan kepada pedagang ini atau disediakan tempat lain untuk mereka agar berjualan dengan nyaman tanpa takut ada penertiban Satpol PP lagi?? “Beliau menjawab, tidak ada pelatihan apa pun. Masalah tempat jualan Pemerintah Daerah memberikan tempat di samping Museum benteng Vredeburg yakni “Pasar Sore”. Namun mungkin karna letak dari “Pasar Sore” yang agak menjorok dan dirasa oleh para pedagang itu kurang strategis dan tidak cukup menguntungkan, tidak seperti saat mereka mereka berjualan ditrotoar depan Museum Benteng Vredeburg oleh karena itu mereka kembali berjualan dittrotoar tersebut yang lebih menguntungkan bagi mereka“. Maka dari itu, pemerintah daerah seharusnya menindak lanjuti secara tegas agar tidak terulang lagi kejadian-kejadian seperti itu selain membersihkan jalan jalan malioboro dari pedagang pedagang liar namun juga memberikan fasilitas yang cukup memadai dan memberikan ruang agar pedagang pedagang tersebut berjualan ditempat yang selayaknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H