Mohon tunggu...
Niken Djokosuratno Suratman
Niken Djokosuratno Suratman Mohon Tunggu... Editor - Just me

Bekal menjadi seorang profesional diawali dengan mendengarkan dan belajar....

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Puasa Gadget Memperbaiki Pola Pikir Anak?

11 Agustus 2021   00:25 Diperbarui: 11 Agustus 2021   00:36 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa gadget memperbaiki pola pikir anak?

Bukan hal yang mudah. Saya akui itu, untuk melepaskan rekatan obsesi anak pada gadget, baik YouTube maupun game di HP. Saya merasakannya bagaimana anak saya yang saat ini berusia 6 tahun kurang dua bulan ini, begitu maniak pada YouTube dan menjadi sulit diatur kedislipinannya atas waktu dan komitmennya. Bagaimana kita bisa memaksa anak sekecil itu tanpa membuatnya berontak? 

Mungkin masih terlalu awal jika saya berbagi tentang perubahan attitude-nya, cara berpikir dan bagaimana dia mengendalikan emosinya setelah berjalan satu bulan lebih tanpa YouTube, game bahkan HP. Karena baru satu setengah bulan berjalan semenjak saya perlahan melepaskannya dari ikatan gadget. 

Saya sengaja tidak menfasilitasi anak saya dengan HP walau dibutuhkan untuk sekolah online-nya. Karena hanya butuh satu-dua jam untuk zoom meeting, saya memilih menggunakan laptop untuk media belajarnya. 

Yang hanya terkoneksi internet saat pelajaran saja. Anak saya sebelum puasa gadget, sangat agresif dan emosional. 

Dari bangun hingga tidur dia menonton YouTube Kids dan melihat yang saya pikir tidak penting untuk ditonton. Walau dengan app YouTube Kids, kita bisa mem block channel yang buruk, membatasi usia channel yg pantas di tonton anak, juga bisa men timer waktu menonton mereka. 

Tapi tentu saja tidak cukup. Dan tidak pernah cukup. 

Saat itu lah kedislipinannya sulit diterapkan. Dia akan merengek, menangis, marah2 dan memukul, sampai akhirnya penyelesaian, apakah dia akan akhirnya mengalah, atau kami orangtua yg mengalah. 

Biasanya, di titik tertentu, saya mulai mengeluarkan otoritas saya sebagai orangtua dan membuatnya tidak punya pilihan untuk menurut. Tentu saja dengan cemberut atau ngambek, barang dilempar dll dll.

Namun sejak saya menerapkan 'hukuman' tidak boleh nonton YouTube, yang awalnya seminggu dan terus berjalan sampai sekarang, anak saya mulai berubah secara signifikan. 

Dari awalnya tidak terima, merajuk, memohon sampai akhirnya, saya alihkan dengan bermain bersama. Perlahan, dia mulai menerima hukuman itu, dan lebih nyaman bermain bersama saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun