Semua menjadi lebih mudah, saat saya bisa membuatnya memilih, antara belajar buku paket baru dari sekolah, bermain boneka atau membuat prakarya. Tanpa satupun option gadget disitu.Â
Kebersamaan itu membuatnya lebih nyaman dan tanpa sadar mengubah pola pikirnya. Sifat keras kepalanya melunak, bisa mendengarkan penjelasan. Berimajinasi dengan semua bonekanya dan memiliki keinginan untuk belajar sendiri.Â
Jujur, saya surprise dengan perubahan itu. Yang awalnya dia selalu merebut HP saya setiap saya sedang membalas whats app, kali ini dia tampak tidak terlalu peduli dan bahkan mengambilkan HP untuk saya membalas.Â
Saya tahu, YouTube tak hanya merusak anak, pasti ada positifnya. Namun di titik ini, saya ingin mem brain wash anak saya, tentang ketergantungannya pada HP dan diri saya sendiri, kalau keberadaan saya lebih berarti bagi anak saya dibandingkan dunia maya. Dan saya harus menomorsatukan dia, dibanding HP yg selalu saya pegang.Â
Akhirnya, menurut saya, benda yang bisa menghubungkan kita dengan dunia luar kadang bisa membuat kita lupa akan dunia tempat kita berada karena terlampau terlena memandangi sosmed, dan berpikir kemudahan mendiamkan anak dengan gadget.Â
Padahal bagi saya, mendengar dia bernyanyi, berbicara sendiri, mendongeng, bercerita, berteriak bahkan menangis membuat saya nyaman, dibandingkan keheningan saat dia diam di dalam kamar berjam2 di hadapan HP yg selalu menyala.Â
Pamulang 10/08/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H