Kamu pernah merasa iri melihat kehidupan orang lain yang tampak lebih seru di media sosial? Atau, bahkan merasa cemas karena tidak bisa ikut dalam setiap acara atau tren yang sedang viral? Itulah yang dikenal dengan FOMO, atau Fear of Missing Out---ketakutan bahwa kita sedang ketinggalan sesuatu yang penting. Tapi, apakah kamu tahu bahwa ada cara untuk merasa lebih bahagia dan lebih damai dengan memilih untuk tidak terlibat dalam semuanya?
Bayangkan jika ada cara untuk menikmati ketenangan, mengabaikan tekanan untuk selalu "ikut", dan malah merayakan momen-momen sederhana yang kamu miliki sekarang. Inilah yang disebut dengan JOMO---Joy of Missing Out. Apa yang terjadi jika kita benar-benar menikmati saat-saat sendirian tanpa rasa takut ketinggalan? Temukan bagaimana beralih dari FOMO ke JOMO dapat memberikan kebebasan dan kebahagiaan yang tak terduga dalam hidupmu. Siap untuk merasakannya?
Di dunia yang semakin terhubung ini, perasaan takut ketinggalan---atau FOMO (Fear of Missing Out)---menjadi semakin umum, terutama di kalangan generasi muda. Media sosial, dengan aliran gambar dan video dari acara, perjalanan, dan momen-momen "spektakuler" lainnya, menciptakan perasaan bahwa kita harus selalu ada di sana, ikut serta dalam segala hal, agar tidak merasa tertinggal. Namun, baru-baru ini, muncul sebuah konsep yang bertolak belakang dengan FOMO, yaitu JOMO---Joy of Missing Out, yang mengajak kita untuk menikmati momen ketenangan dan kebahagiaan dengan tidak selalu merasa perlu ikut dalam hiruk-pikuk tersebut.
Apa Itu FOMO dan Mengapa Itu Membuat Kita Cemas?
FOMO adalah fenomena psikologis yang membuat kita merasa cemas atau khawatir karena berpikir kita kehilangan pengalaman atau kesempatan penting. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Psychology Today, FOMO umumnya terjadi akibat seringnya melihat aktivitas sosial di media sosial yang lebih mengutamakan penampilan daripada kenyataan hidup yang lebih sederhana.
- Â Sebuah survei oleh Harris Interactive menyebutkan bahwa hampir 60% orang dewasa muda merasa tertekan jika tidak dapat ikut serta dalam tren atau acara sosial yang sedang viral.
- Data dari Journal of Social and Clinical Psychology menunjukkan bahwa FOMO berhubungan langsung dengan peningkatan kecemasan, depresi, dan penurunan kesejahteraan mental. Ketika kita merasa "tertinggal" atau tidak cukup baik dibandingkan dengan orang lain yang tampaknya memiliki kehidupan lebih menyenangkan, kita lebih cenderung merasa cemas dan tidak puas dengan diri sendiri
Mengapa FOMO Bisa Berbahaya Bagi Kesehatan Mental?
FOMO berakar dari ketergantungan pada validasi eksternal, terutama yang datang dari media sosial. Semakin sering kita membandingkan diri dengan orang lain, semakin kita merasa tidak cukup. Penelitian oleh Carleton University dan McGill University menunjukkan bahwa FOMO dapat mengarah pada masalah tidur, stres, dan kelelahan karena kita merasa terdorong untuk terus terhubung dengan dunia luar
Namun, ada berita baiknya. Kita bisa beralih dari FOMO ke JOMO---perasaan bahagia dan puas dengan memilih untuk tidak ikut serta dalam semua hal yang tampaknya penting di luar sana. JOMO bukan berarti mengasingkan diri dari dunia atau menutup mata terhadap kesempatan, tetapi lebih kepada menemukan kebahagiaan dalam ketenangan dan menikmati apa yang ada dalam hidup kita sekarang.
Apa Itu JOMO dan Bagaimana Cara Menemukannya?
JOMO adalah kebalikan dari FOMO, sebuah filosofi hidup yang menekankan pada kebahagiaan yang datang dari menikmati waktu sendiri dan merayakan ketenangan. Alih-alih merasa terbebani oleh tekanan untuk mengikuti segala sesuatu, JOMO mengajak kita untuk merasa bahagia dengan apa yang kita pilih untuk lakukan. Studi oleh Harvard Business Review mengungkapkan bahwa memilih untuk menikmati waktu sendiri, tanpa gangguan dari media sosial atau kewajiban sosial, dapat meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan
Bagaimana Beralih dari FOMO ke JOMO?
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa membantu kita beralih dari FOMO ke JOMO:
Batasi Penggunaan Media Sosial
Mulailah dengan mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial. Cobalah untuk mematikan notifikasi dan jadwalkan waktu tertentu untuk memeriksa akun media sosial. Ini memberi kita ruang untuk menikmati hidup nyata, tanpa terganggu oleh kehidupan orang lain.Fokus pada Pengalaman, Bukan Status
Alih-alih mengejar aktivitas yang terlihat keren di media sosial, fokuslah pada kegiatan yang benar-benar memberi kebahagiaan dan pemenuhan. Ini bisa berupa waktu bersama keluarga, menjalani hobi, atau menikmati waktu sendirian.Praktikkan Mindfulness
Latih diri untuk lebih hadir dan menikmati momen sekarang. Teknik mindfulness, seperti meditasi, bisa membantu kita lebih fokus pada hal-hal positif yang kita alami saat ini, daripada terobsesi dengan apa yang kita lewatkan.Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Salah satu kunci terbesar untuk beralih dari FOMO ke JOMO adalah berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Ingatlah bahwa kehidupan yang terlihat sempurna di media sosial sering kali hanya bagian dari narasi yang dikurasi. Setiap orang memiliki perjalanan dan tantangannya sendiri.
Mengapa JOMO Bisa Membuat Hidup Lebih Bahagia?
Penerimaan terhadap JOMO dapat membuat hidup terasa lebih ringan dan lebih bermakna. Dengan menghargai momen sederhana, kita dapat merasakan kedamaian batin yang sulit didapatkan ketika terus terjebak dalam tekanan sosial. JOMO memberi kita kesempatan untuk fokus pada kualitas daripada kuantitas, dan memberi ruang untuk menikmati hidup tanpa kecemasan akan apa yang sedang kita lewatkan.
Berpindah dari FOMO ke JOMO bukan hanya tentang meninggalkan kebiasaan lama, tetapi juga tentang memberi diri kita izin untuk berhenti mengejar hal-hal yang tidak penting dan lebih fokus pada apa yang benar-benar berarti. Hidup ini bukanlah kompetisi untuk selalu "ikut" dalam segala hal yang terlihat menarik di media sosial. Sebaliknya, kebahagiaan sejati datang dari menikmati momen-momen kecil yang kita pilih dengan penuh kesadaran dan rasa syukur.