DUHAI BUMI
Aku paham bahwa waktu makin singkat.
Aku juga memahami jika kau, sudah tak sanggup menahan kami yang makin banyak.
Beban kami sudah melebihi ambang batas.
Membuat mu sulit bernapas...
Biasa kah kau sedikit lagi menahan kami
Karena kami masih ingin berputar bersama mu.
Masih ingin melihat panorama indahnya alam.
Masih ingin melihat pantai dan kicau burun.
BUMI...
Tolonglah, bertahan sedikit lagi untuk kami.
Jangan kau marah yang begitu dahsyat.
Semua orang pernah lari dibuat mu.
Mereka ingin berlindung dari semburan lumpur panas yang kau keluarkan.
Yang dirasa aman itu rumah, namun kau malah getarkan lewat tanah.
Mereka berlari keluar, disambut oleh mu dengan kabut asap.
BUMI DAMAILAH....
Semua yang terjadi itu salah kami.
Namun, yang sadar akan hal itu.
Bisa dihitung dengan jemari tangan.
Dan yang paling menyedihkan, meliyaran nyawa telah melayang.
 Duhai Bumi Kenapa?
Kami awali tahun baru ini, sangat berat.
Jujur belum siaappp, dalam membentengi diri.
Kami memang sudah dilengkapi kecanggihan, namun kami masih kalah.
Pandemi yang muncul di tahun baru ini.
Seakan menjadikan pelajaran bagi kita semua.
Jika Bumi sudah tua, seharusnya kita jaga dan pelihara. Sampai massanya ia berbicara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H