Mohon tunggu...
Niken Ayu Silfa Alya Putri
Niken Ayu Silfa Alya Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Menyukai topik financial dan business

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UKT Tinggi : Bagimana Harapan Bonus Demografi?

10 Juni 2024   20:02 Diperbarui: 10 Juni 2024   20:10 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bonus demografi digadang-gadang sebagai peluang besar mewujudkan Indonesia Emas 2045. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, bonus demografi adalah masa dimana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia.

Indonesia Emas 2045 adalah wujud nyata harapan dan tekad bangsa Indonesia untuk bangkit menyambut masa depan gemilang. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Salah satu empat pilar utama yang termasuk di visi Indonesia Emas 2045 adalah pembangunan manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Indonesia perlu mencetak generasi yang mumpuni sebagai investasi untuk mengoptimalkan bonus demografi, atau peluang emas itu akan menjadi boomerang yang menghadirkan bencana untuk bangsa kita sendiri.

Pemanfaatan bonus demografi seharusnya bisa optimal jika Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dari segi keterampilan dan pendidikan. Berbagai keuntungan menanti jika pemerintah sukses melakukan strategi dan langkah yang tepat untuk memanfaatkan bonus demografi. Potensi pertumbuhan ekonomi menunggu di depan mata, perekonomian akan berkembang pesat seiring dengan tingkat produktivitas yang tinggi dan diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja secara menyeluruh.

Pendidikan adalah salah satu komponen penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pemerintah seharusnya memfasilitasi kemudahan akses pendidikan secara merata untuk semua orang. Namun, kenaikan UKT di sejumlah perguruan tinggi malah menjadi isu hangat yang dibahas belakangan ini.

Kenaikan UKT yang signifikan jelas memberatkan banyak pihak dan menyuburkan kesenjangan akses untuk kuliah. Salah satu yang paling tinggi bisa mencapai kenaikan 300 hingga 500 persen. Padahal, pendidikan sebagai bekal mendasar untuk generasi penerus bangsa seharusnya menjadi jembatan pemutus kesenjangan, menjadi harapan mengatasi kemiskinan, sekaligus kunci menuju generasi emas sesuai harapan. Meskipun kenaikan tersebut sudah secara sah dibatalkan tahun ini, hal itu tak menutup kemungkinan adanya kenaikan di tahun-tahun berikutnya.

Jika akses pendidikan tidak dipermudah, UKT tetap tinggi, bahkan melonjak naik, kualitas sumber daya manusia di Indonesia akan tetap rendah. Dampak negatif bonus demografi akan menjadi tantangan berat untuk kita semua. Fase usia produktif tidak menjamin seseorang akan produktif sebagai tenaga kerja. Dengan banyaknya penduduk usia produktif, persaingan kerja akan semakin ketat. Tenaga kerja yang tidak cakap dan terampil akan terpinggirkan. Dan lonjakan angka pengangguran tidak bisa terelakkan.

Kesiapan sumber daya manusia dalam menyongsong keberhasilan bonus demografi perlu dipikirkan secara matang. Pemerintah harus menyiapkan strategi dan langkah efektif melalui akses pendidikan yang merata dan tidak memberatkan masyarakat. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tugas negara. Jangan sampai ada generasi bangsa yang terhambat pendidikannya karena biaya pendidikan yang tak kira-kira.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun