***
 Hari itu, aku mengenakan pakaian serba hitam. Aku berdiri disamping nisan yang bertuliskan namanya.
 DEAN.
Â
Nama laki-laki yang begitu aku sayangi, pada akhirnya.
Laki-laki yang tidak pernah marah dengan seperti apapun menyebalkannya diriku. Laki-laki yang selalu dan selalu membuatku beruntung memiliki dirinya juga cintanya.
Laki-laki yang membuatku mengerti apa artinya bahagia.
Laki-laki yang membuatku mengerti akan cinta dan airmata.
Laki-laki yang selalu akan ku cinta. Meski raganya tak lagi disampingku.
Aku tertunduk lemas. Menangis. Meratapi nasibku yang bahkan tak lebih baik dari nasib seekor kumbang yang berterbangan.
Ku genggam tanah yang masih merah itu. Ku peluk dan ku cium hingga dapat ku rasakan bau aroma tanah yang khas masuk ke dalam indera penciumanku.