Mohon tunggu...
Nikanor ErensSiki
Nikanor ErensSiki Mohon Tunggu... Guru - guru

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pentingkah Kita Belajar Sejarah Masuknya Gereja di Indonesia?

30 September 2024   13:37 Diperbarui: 30 September 2024   13:59 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Gereja GSJA Hagios-Nikanor Erens Siki/dokpri

Sangatlah penting untuk kita mempelajari tentang sejarah Gereja di Indonesia. ini bertujuan untuk menganalisis kisah tentang perkembangan-perkembangan Gereja di Indonesia bukan untuk saling membandingkan dan saling menyalahkan antara denominasi satu dengan denominasi yang lainnya. karena dari setiap denominasi transisi yang perlu kita tahu. Ada kelebihan dan ada kekurangan.

Di Indonesia, agama Kristen menjadi agama terbesar kedua setelah islam dari segi jumlah pemeluknya. Sedangkan secara keseluruhan di dunia, agama Kristen merupakan agama terbesar di dunia dengan penganut mencapai 2 miliar orang dari seluruh berbagai Negara di belahan bumi.

Sejarah masuknya Kristen di Indonesia juga tercatat oleh buku seorang ulama bernama Syaikh Abu salih Al-Armini, dalam buku tersebut tercatat ada beberapa gereja di seluruh wilayah persebaran agama Kristen di seluruh dunia yang tersebar di beberapa wilayah diantaranya di Mesir, Abyssia, Afrika Barat, Nubia, Spanyol, Arab dan India.

Ada sekitar 707 gereja dan 181 monasteries yang mana salah satu gerejanya ada di Indonesia, saat itu Indonesia masih disebut sebagai wilayah India oleh bangsa barat. Gereja yang pertama ada di Indonesia adalah gereja Ortodoks, hal ini ditandai dengan corak gereja Nestorian di daerah Barus, Mandailing, Sumatera Utara. 

Penyebaran agama Kristen di dunia di mulai dari berdirinya gereja-gereja di sepanjang Mediterania timur hingga negri romawi, dan diyakini mencapai wilayah timur jauh hingga ke India dan bahkan sampai ke Indonesia yang saat itu masih disebut sebagai India oleh bangsa barat.

Persebaran agama Kristen di Indonesia bisa di bilang banyak mendominasi beberapa provinsi terutama provinsi Sumatera Utara dan provinsi di wilayah timur Indonesia seperti Papua, Maluku, NTT dan Sulawesi. Sampai saat ini agama Kristen di Indonesia masih menjadi agama dengan pemeluk terbanyak nomor dua setelah agama Islam.

Kristen mulai memasuki wilayah Nusantara setelah Portugis berhasil merebut Malaka, pusat perdagangan di Asia Tenggara. Dari Malaka, mereka berlayar ke wilayah penghasil rempah-rempah yaitu Maluku.  

Sebelum ajaran Kristen masuk, misi penyebaran ajaran agama Katolik-Kristen sudah lebih dulu dilakukan oleh Portugis yang sedang melakukan misi pelayaran dengan mengusung 3G, yaitu gold, glory, dan gospel.Namun, setelah Belanda menduduki Maluku pada 1575, kedudukan bangsa Portugis mulai tergeser. Bahkan, kekuasaan Portugis berhasil diambil alih oleh Belanda pada era VOC (Kongsi Dagang Hindia Belanda).

Agama Kristen pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7 melalui gereja Assiria (Gereja Timur) yakni berdiri di dua tempat yakni, Pancur (Sekarang wilayah dari Deli Serdang) dan Barus (Sekarang wilayah dari: Tapanuli Tengah) di Sumatra (645 M).

pembawa agama Kristen ke kepulauan Maluku adalah seorang bernama Fransiscus Xaverius yang merupakan seorang misionaris katolik Roma dan pendiri ordo Yesuit. Diketahui Fransiskus Xaverius ini bekerja dan ditugaskan di kepulauan Maluku untuk menyebarkan agama Kristen. 

Saat tiba di Maluku mereka disambut dengan baik oleh Sultan Ternate, bahkan diberi kesempatan untuk membangun benteng. Orang-orang Portugis mengusung misi Jesuit, yaitu kapanpun dan dimana pun, pengabaran Injil adalah sebuah pesan suci yang perlu dilaksanakan. 

Oleh sebab itu mereka mulai melaksanakan berbagai macam metode untuk mengajak orang-orang Ternate yang beragama Islam atau yang masih menganut dinamisme dan animisme untuk mengimani Kristen Katolik. Laki-laki Portugis mengawini budak-budak dan perempuan pribumi, kemudian menjadikan mereka penganut Katolik. 

Melalui politik devide et impera dan kerjasama dengan penguasa lokal dalam bidang perdagangan, Portugis mulai melakukan misi Jesuitnya. Kepada orang awam, Portugis memberikan pengetahuan bahwa agama Kristen memberi kedamaian dan keselamatan. 

Seorang misionaris, Franciscus Xaverius bahkan berhasil membaptis beribu-ribu orang. Selain Maluku, misi Katolik juga menyebar ke daerah-daerah lain seperti Sulawesi Utara dan Nusa Tenggara Timur, sebelum Portugis diusir dari Kepulauan Nusantara pada 1575.

Pada tahun 1960 ketika aliran komunisme dilarang, banyak etnis Tionghoa di Indonesia yang mengaku-ngaku sebagai pemeluk agama Kristen agar tetap aman dan tidak melanggar aturan pemerintah. Namun lambat laun akhirnya masyarakat Tionghoa di Indonesia banyak yang memeluk agama Kristen dan bahkan menjadi agama mayoritas etnis Tionghoa di Indonesia saat ini. 

Persebaran agama Kristen di Indonesia bisa di bilang banyak mendominasi beberapa provinsi terutama provinsi Sumatera Utara dan provinsi di wilayah timur Indonesia seperti Papua, Maluku, NTT dan Sulawesi. Sampai saat ini agama Kristen di Indonesia masih menjadi agama dengan pemeluk terbanyak nomor dua setelah agama Islam. 

mulanya dalam kontrak antara VOC dan Belanda tidak terdapat pasal tentang kekristenan. Namun pada 1623 VOC juga diharuskan menyebarkan misi Kristen.

Setelah kekuatan Portugis di Nusantara hancur, pejabat VOC beranggapan pengkonversian agama penduduk dari Katolik ke Protestan sangat penting agar loyalitas mereka berpindah dari Portugis ke Belanda. 

Pada masa itu, Belanda datang ke Indonesia dengan membawa misi dagang sekaligus misi penyebaran ajaran agama Kristen Protestan di Maluku. Dengan adanya ajaran baru ini, Belanda pun melarang keras berbagai kegiatan agama Katolik yang dibawa Portugis dan mulai menyebarkan ajaran Kristen Protestan. Hal ini dilakukan karena memang para petinggi VOC mayoritas beragama Kristen. Setelah ajaran Kristen mulai menyebar, Belanda berhasil mendirikan gereja pertama di Maluku yang bernama Indische Kerk pada 1605.

dibandingkan VOC, pemerintah Hindia Belanda memberikan lebih banyak perhatian terhadap perkembangan Kristen di wilayah koloninya. Pemerintah bahkan memberikan gaji kepada para pendeta yang berkarya di Hindia Belanda. 

Namun untuk menjaga ketertiban dan keamanan, beberapa daerah yang berpenduduk mayoritas Muslim dinyatakan tertutup bagi kegiatan misi. Misionaris yang akan menyebarkan agama harus mengantongi izin terlebih dahulu dari pemerintah. 

Di era politik etis, persebaran Kristen semakin meluas. Para misionaris dengan bantuan subsidi pemerintah mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit dan balai-balai kesehatan. 

Oleh sebab itu selama kurun waktu 1602-1800, VOC mengirimkan 254 pendeta dan 800 konselor Kristen. Mereka memang berhasil mengkristenkan banyak orang, namun karena VOC berorientasi pada keuntungan politik dan ekonomi, banyak ditemukan warga yang identitasnya saja Kristen, namun pada praktiknya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan. Orientasi pada jumlah ini malah menghasilkan sinkretisme. 

Agama Kristen menjadi agama dengan pemeluk terbesar saat ini di seluruh dunia, meskipun di Indonesia agama Kristen adalah agama minoritas namun masyarakat Indonesia tetap saling menghargai satu sama lain dan tidak mempermasalahkan perbedaan. 

Toleransi antar umat beragama di Indonesia yang tinggi menjadikan Indonesia menjadi salah satu Negara dengan tingkat toleransi umat beragama yang patut di contoh. Sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia yakni Bhineka Tunggal Ika yang berarti meskipun berbeda-beda namun tetap satu jua. 

Toleransi yang tinggi ini telah diterapkan secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia sehingga tidak ada ketimpangan ataupun perselisihan yang berarti yang menyebabkan kekacauan meskipun kadang masih banyak isu-isu SARA yang ingin mengusik toleransi di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun