By: Nikander Neksen
UNIVERSITAS TRIBUWANA TUNGGADEWI MALANG
Politik memang menyimpan segudang rahasia, dimana rahasia-rahasia tersebut hanya diketahui si pembuat rahasia itu sendiri. Dimana kita mendengar kata politik, tak jauh pula kita berpikir tentang pemerintah lebih tepat nya kita sering mendengar kata korupsi didalam pemerintahan tersebut. Korupsi salah satu aset rahasia dalam pemerintah/politik, fenomena korupsi merupakan contoh kasus dalam politik.
Dalam politik juga dikenal komunikasi politik, hal ini komunikasi politik sangat banyak pengaruhnya terhadap politik. Komunikasi politik dapat didefinisikan dengan berbagai cara, dikaitkan dengan banyak hal, dan dilihat dari berbagai macam sudut pandang. Sebagaimana yang diungkapkan Mc Nair (2003) dalam bukunya Introduction to Political Communication. Namun komunikasi politik akhir-akhir ini mengalami kelunturan contoh nya saja marak nya kasus suap dan korupsi. Seperti kasus Hambalang, suap, wisma atlet, Bank Century, impor daging sapi, kasus SKK migas, kasus panglima POLRI, Gayus Tambunan, korupsi simulator SIM, dan banyak lagi.
Contoh lain lunturnya kesantunan dalam komunikasi politik adalah ketika pernyataan Andi Alfian Mallarangeng yang cenderung berbau SARA” dalam kampanye calon presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Makassar, Sulawesi Selatan, beberapa waktu menjelang pilpres 8 Juli 2009 lalu.
Yasraf Amir Piliang menyatakan, berkembangnya turbulensi dalam sebuah sistem yang tengah membangun sebuah proses demokrasi adalah hal biasa. Namun, jika turbulensi tidak beraturan, keacakan, dan ketidakpastian nilai berkembang ke arah hiper-demokrasi serta lenyapnya kekuatan pengendalian, maka turbulensi tersebut akan menjadi ancaman bagi demokrasi itu sendiri.
Dalam kehidupan demokrasi tentu kita boleh menyatakan inspirasi kita ketika terjadi hal kekeliruan dalam kasus komunikasi politik, kita berhak memilih dalam sebuah pemilu, kita juga berhak menegur jika sikap dalam hal politik ada yang berbeda khususnya dalam masalah komuniksai politik.
Kita juga bebas besikap dan tanggap dalam komunikasi politik, namun untuk mengantisipasi kelompok tertentu dalamkomunikasi politik harus disampaikan dengan kesantunan dan berasas etika. Jika tidak maka kelompok/komunitas tertentu tidak akan terima dan melakukan demostran, maka komunikasi politik akan berantakan, acak-acakan, dan tidak terkendali.
Penyampaian Gagasan
Dalam ilmu psikologi komunikasi dikenal tiga cara penyampaian gagasan Pertama, cara permisif yakni sikap mengalah,Kedua, cara agresif atau sikap menyerang, Ketiga, cara asertif yang dipakai seseorang dengan mengomunikasikan pemikirannya secara jelas, lugas, dan tegas, tetapi tanpa menyakiti/merendahkan pihak lain.
Namun para elit politik dalam menyampaikan gagasan komunikasi politik, banyak menggunakan cara kedua{agresif}, cara ini dapat di katakan politik porno.
Menurut ahli politik Yves Michaud dalam Violence et Politique, secara sarkastis menulis, segala bentuk dan cara berpolitik yang menjurus pada “ketidakjujuran”, “kekerasan”, alias politik pemaksaan kehendak untuk memperoleh tujuan tertentu kekuasaan, merupakan politik-porno.
Politik Porno
Politik porno merupakan politik yang saling menyalahkan , politik mementingkan diri atau kelompok, politik yang tidak jujur, politik pemaksaan kehendak, politik yang hanya pada kekuasaan, demonstrasi yang menjurus anarki, politik yang diiringi intimidasi, teror, penculikan para aktivis, dan lain-lain. seperti kata Machiavelli, “Menipu adalah cara yang paling efektif bagi politisi untuk menaklukkan massa. Jarang sekali orang para pejabat politik naik, tanpa unsur memanipulasi komunikasi politik, disertai dengan ucapan-ucapan yang manis dan janji. Singkat kata kalau ingin jadi pejabat harus belajar menipu.
Seperti di negeri ini mencari politisi/ birokrat yang jujur dan santun sangat jarang diketemukan bahkan 1/10. Mencari seorang politisi yang jujur dan santun bagaikan mencari perawan yang lokasi pelacuran. Itu lah kenyataan yang ada di negara kitasekarang , kembali lagi ke seorang filsuf italia Machiavelli, bahwa berpolitik sangat akrab dengan permainan kotor sehingga tidak ada seorang politisi yang benar-benar bersih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H