Dalam kehidupan sehari-hari kita lumayan sering menemukan plang bisnis laundry. Menurut Samosir (2014), usaha laundry merupakan usaha yang bergerak di bidang jasa cuci dan setrika. Laundry dapat juga diartikan sebagai kegiatan mencuci pakaian atau bahan tekstil lainnya dan juga sebagai sebuah tempat untuk mencuci pakaian atau bahan tekstil lainnya.
Proses laundry dapat membuat pakaian menjadi bersih kembali dan menghasilkan limbah berupa sisa campuran air dan deterjen serta kotoran yang berasal dari pakaian. Limbah tersebut dapat menimbulkan adanya pencemaran akibat langsung dibuang karena penggunaan deterjen yang memiliki kandungan kimia memiliki standar agar bisa dibuang sehingga harus diproses terlebih dahulu (Pratiwi, 2012). Limbah cair laundry termasuk ke dalam golongan grey water. Warna abu-abu air limbah tersebut berasal dari campuran berbagai residu bahan organik dan anorganik yang menghasilkan perubahan warna pada air. Grey water mempunyai kandungan berupa minyak dan lemak, fosfor, sodium, garam, dan nitrogen (Padmanabha, 2015).
Laundry banyak menggunakan deterjen. Deterjen anionik merupakan deterjen yang memiliki daya pembersih yang kuat dengan harga murah serta dapat ditemukan dengan mudah di toko-toko sehingga mayoritas masyarakat menggunakannya dalam pencucian baju. Surfaktan aninonik merupakan hasil reaksi antara alkohol rantai panjang dengan asam sulfat yang akan menghasilkan sulfat alkohol. Jenis surfaktan aninonik yang digunakan yaitu alkil benzen yang kini sudah banyak diganti dengan alkil linear benzen sulfonat atau natrium lauril sulfat yang lebih mudah terdegradasi.
Selain surfaktan, dalam limbah laundry diketahui dominan mengandung fosfat. Fosfat adalah senyawa ionik yang mampu mengikat darah dan mampu menyebabkan terjadi penggumpalan darah pada pembuluh darah jika air dan makanan yang masuk ke tubuh manusia mempunyai kandungan fosfat yang berlebih (Wimpeny dkk., 2000).Â
Fosfat juga mampu membuat tumbuhan lebih cepat tumbuh kareena pengayaan nutrien dan unsur hara berupa nitrogen (N) dan fosfor (P). Tumbuhan yang cepat tumbuh dapat menutupi perairan dari cahaya matahari sehingga tidak dapat masuk ke perairan. Hal tersebut mengakibatkan sistem metabolisme dari organisme perairan yang membutukan cahaya matahari untuk hidup menjadi terhambat.
Fosfat ini berasal dari Sodium Tripolyphospate yang merupakan salah satu bahan yang ada dalam deterjen (Hera, 2003). Sodium Tripolyphospate berfungsi sebagai builder karena mempunyai kemampuan untuk menonaktifkan mineral kesadahan di dalam air sehingga deterjen mampu bekerja secara optimal. Sodium Tripolyphospate akan terhidrolisa menjadi PO43- dan P2O74- yang terhidrolisa menjadi PO43- (Hera, 2003). Adapun reaksinya sebagai berikut : P3O105- + H2O PO43- + P2O74- +2H+P2O74- + H2O PO43- + 2H+
Limbah laundry dapat memberikan beberapa dampak yang tidak baik seperti meningkatnya kandungan organik yang mampu mencemari perairan, menimbulkan bau tidak sedap, sumber penyakit, dan  mengakibatkan air disekitar tempat pembuangan berkualitas buruk. Fosfat yang jumlahnya berlebihan akan menimbulkan proses eutrofikasi menjadi sangat cepat sehingga terjadi blooming pada tumbuhan air dan alga.
Blooming menyebabkan suatu ekosistem perairan menjadi terganggu dan membuat kadar oksigen dalam air berkurang. Hal tersebut harus diatasi, cara yang dapat dilakukan yaitu dengan mengurangi kadar fosfat dari limbah laundry dengan mengolah air limbah dengan proses biokoagulan. Biokoagulan diketahui mampu menurunkan kadar fosfat dan COD yang ada dalam limbah laundry (Andre dkk., 2015). Adapun beberapa metode lain yang diyakini mampu menurunkan kadar surfaktan aninonik dan fosfat dalam limbah laundry yaitu filtrasi, proses fotokatalisis, koagulasi, dan adsorpsi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H