Mohon tunggu...
Niji No Saki 1107
Niji No Saki 1107 Mohon Tunggu... -

benci shopping mall

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Seri Belajar dari Jepang: III Sinergi Transportasi dan Pariwisata

30 April 2010   21:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:29 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hayooo.....sapa pernah ke Wakatobi? Kalo ke Nias, Danau Toba? Belitong? Kejauhan yak? Udah pernah ke P. Derawan?  Karimunjawa? Hah, belum pernah dengar? Oke deh yang rada umum, kalau Lombok? Apakah anda menjawab satu atau lebih dari pertanyaan di atas dengan 'ya'? Kalo iya hebat.... soalnya saya belum pernah ke semua tempat di atas hehehhe.... Ironis memang, kita dikaruniai keindahan alam yang sedemikian dahsyat, keragaman budaya yang kaya nan adiluhung, tapi sebagian besar dari kita justru tidak pernah menyaksikannya. Apa pasal? Selain karena kebutuhan dasar yang masih belum terpenuhi, ternyata lebih murah jalan-jalan ke luar negeri ketimbang menjelajahi kekayaan alam ibu pertiwi. Cukup dengan Rp 1 juta saja anda sudah bisa mendapatkan tiket PP Jakarta-Singapura. Dengan harga yang sedikit lebih mahal anda sudah bisa jalan-jalan sampai ke Bangkok. Bagaimana dengan travelling dalam negeri? [caption id="attachment_130445" align="alignright" width="300" caption="taken from http://www.travelersfortravelers.com/indonesia/"][/caption] Well, mari kita ambil contoh sebuah tempat yang dinobatkan sebagai tempat snorkeling terbaik dengan kekayaaan biota laut terkaya di dunia, Raja Ampat. Berapa harga yang harus anda bayar? Dari penulusuran saya ke beberapa situs travel, paket perjalanan termasuk tiket PP, akomodasi, termasuk diving lesson berkisar antara $900-2000. Yak, memang harga itu yang harus anda bayar untuk bisa menikmati sejengkal surga di Raja Ampat. Harganya bisa sepuluh kali lipat (bahkan lebih) dari bujet jalan-jalan ke negara-negara tetangga ASEAN. Seindah atau sehebat apapun tempatnya, jika kita harus merogok kocek dalam-dalam untuk kesana, pastinya kita akan mikir 10x kan? Mahalnya pariwisata dalam negeri tidak bisa dilepaskan dari minimnya infrastruktur dan kurangnya promosi, akibatnya begitu banyak potensi pariwisata di Indonesia yang belum tereksplorasi. Semasa tinggal di Jepang saya merasakan besarnya perhatian pemerintah terhadap industri pariwisata. Travelling dibuat senyaman dan semudah mungkin bagi siapa saja. Pemerintah sangat mendorong masyarakatnya untuk travelling di dalam negeri. [caption id="attachment_130452" align="alignleft" width="300" caption="3 wise monkeys (http://www.muza-chan.net/photo/galleries/nikko/)"][/caption] Bahkan tempat-tempat yang ternyata menurut saya biasa-biasa aja (dibandingkan di Indonesia) dipromosikan besar-besaran lewat poster dan paket-paket perjalanan. Contoh: pernah dengan kisah 3 monyet bijaksana kan? Itu lo..yang 'see no evil, hear no evil, speak no evil'? Ternyata legenda terkenal itu berasal dari kota kecil bernama Nikko. Melihat promosinya yang cukup bombastis, saya sangat kecewa ketika sudah sampai ke sana,  legenda 3 monyet bijaksana itu hanyalah berupa ukiran dinding berukuran 4x2 m2 yang sangat sederhana. Sudah beberapa kali saya ketipu promosi bombastis macam ini. Suatu ketika seorang teman menawarkan paket bus 'hanamawari'. 4 jam perjalanan naik bus ke sebuah tempat yang konon kabarnya sepanjang jalan penuh dengan bunga (hana = bunga, mawari = berputar; terjemahan bebas: muter-muter liat bunga). Sampai di sana bunga-bunganya udah pada rontok, tinggal 20% yang bisa dinikmati. Walaupun hati kecewa, sisi positif yang saya lihat di sini adalah kesungguhan pemerintah dalam mempromosikan potensi wisata, sekecil, sesederhana apapun. Semuanya digarap dengan serius dengan sungguh-sungguh. Tak bisa dipungkiri bahwa sinergi transportasi dan pariwisata di Jepang telah membawa keuntungan yang luar biasa. Kereta api adalah jenis transportasi massal yang paling banyak digunakan oleh masyarakat dengan coverage nasional yang sangat luas. Mengangkut tak kurang dari 8 milyar orang/ tahun (data ada di sini), jaringan kereta api Jepang adalah salah satu jaringan tersibuk di dunia selain China dan India. Dalam hal ini, pemerintah Jepang tentunya menyadari bahwa transportasi massal juga dapat berfungsi sebagai media advertising yang efektif karena diakses oleh seluruh penduduk negeri. [caption id="attachment_130450" align="alignleft" width="300" caption="Nozomi N-700 bullet train, (http://www.japaneselifestyle.com.au/travel/japan_rail_pass.htm)"][/caption] Japan Railway (JR) sebagai perusahaan kereta api dan transportasi massal terbesar memegang peranan penting dalam memajukan industri pariwisata. Selain aktif mempromosikan pesona Jepang melalui media massa dan internet, JR jugamenawarkan berbagai tiket hemat atau free passes yang bisa anda gunakan untuk travelling di tempat-tempat wisata terkenal. Contoh: JR Rail Pass yang bisa anda beli secara online dari luar Jepang. Dengan harga 28.300 yen (sekitar Rp 2,8 juta) anda sudah bisa menikmati perjalanan di seluruh Jepang selama 7 hari dengan segala macam  transportasi yang dioperasikan oleh JR, termasuk shinkansen bullet train, kereta, bus dan kapal ferry. Ini tentu saja sangat menguntungkan. Sebagai pembanding, harga normal tiket shinkansen PP dari Tokyo ke Osaka (jarak tempuh 3,5 jam) adalah sekitar 18.000 yen. Dengan tambahan 10.300 yen, anda sudah tidak perlu pusing membeli tiket lagi untuk naik jenis transportasi apapun yang dioperasikan JR selama 7 hari ke depan!! Atau yang populer di kalangan anak-anak muda adalah tiket 18 (seishun juuhachi kippu) yang dijual tiap musim liburan. Dengan membayar seharga 11.500 yen, kita mendapatkan tiket yang bisa kita pakai sendirian selama 5 hari atau dibagi untuk 5 orang (2300 yen/hari per orang).  Walaupun tidak berlaku untuk kereta shinkansen,  naik kereta rapid jarak jauh dengan tiket ini sudah termasuk murah. Sebagai perbandingan, harga normal kereta biasa dari Toyohashi-Tokyo adalah sekitar 6500 yen sekali jalan (jarak tempuh 6 jam). Dengan tiket 18 anda sudah bisa travelling  Toyohashi-Tokyo PP dalam sehari hanya dengan membayar sepertiganya. Hampir di setiap stasiun besar anda akan melihat kantor informasi yang memberikan info secara lengkap tentang obyek-obyek wisata lokal berikut penawaran paket akomodasinya. Peta pun diberikan secara cuma-cuma. Kota-kota tujuan wisata terkenal seperti Tokyo, Yokohama, Kyoto, Nikko, dll biasanya juga menawarkan discount pass yang meliputi transportasi dalam kota (tram, kereta bawah tanah dan bus) dan diskon masuk ke obyek wisata lokal (kuil, museum, taman bermain, dll). Kemudahan akses dan terjangkaunya harga transportasi membuat semua orang bisa travelling, tidak perlu kaya untuk itu. [caption id="attachment_130458" align="alignright" width="300" caption="Kebun anggur di Franconia, salah satu perhentian di German Romantic Road (http://gogermany.about.com/od/picturesofgermany/ig/Photos-of-the-Romantic-Road/Vineyards--Wine-Growing-Region.htm)"][/caption] Saya pun berandai-andai, jika saja PJKA ikut mempromosikan obyek wisata di rute-rute tujuannya sekaligus menawarkan paket-paket wisata hemat, mungkin KA Parahyangan jurusan Jakarta-Bandung yg konon kabarnya melewati jalur pemandangan alam yang indah itu tidak perlu dihentikan, pun ia tidak perlu takut tersaingi travel agent. Bisa saja ia mengadopsi konsep Romantic Road seperti halnya rute Würzburg-Füssen di Jerman atau Utsunomiya-Ueda di Jepang. Bukankah di sepanjang jalur kereta banyak obyek wisata dan keindahan alam yang dilewati? Semuanya sudah ada, tinggal strategi promosi dan pemasaran saja. Jika keindahan itu tidak pernah dipromosikan, siapa yang tahu? Sejauh ini promosi pemerintah terhadap daerah-daerah tujuan wisata sudah makin baik, tapi belum juga menyentuh kemudahan akses transportasi. Paket-paket perjalanan alternatif backpacking sudah mulai banyak ditawarkan oleh agen-agen wisata mandiri, sayangnya hal ini belum mendapat tanggapan serius dari pemerintah, padahal potensi masyarakat ekonomi menengah di Indonesia sangat tinggi dan ini adalah segmen pasar yang belum tergarap. Jika konsep low cost carrier saja bisa diwujudkan, mengapa low cost travelling tidak bisa? Jika hal ini terealisasi, bayangkan roda perekonomian yang mampu digerakkan dari sektor ini. Ia akan membuka lapangan-lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan daerah, dan yang tak kalah penting, ia akan menumbuhkan apresiasi anak negeri terhadap kekayaan alam dan budaya Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun