Mohon tunggu...
Nihra Syafa
Nihra Syafa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

hehe

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Kognitif Piaget: Anak Tidak Boleh Dipaksa!

13 Oktober 2023   00:20 Diperbarui: 13 Oktober 2023   00:26 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Piaget atau pemilik nama lengkap Jean William Fritz Piaget, Piaget lahir pada tanggal 9 Agustus 1896 di Swiss, Ia merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh dalam psikologi perkembangan dan dunia pendidikan. Salah satu teori Piaget yang terkenal adalah Teori Perkembangan Kognitif, Teori Perkembangan Kognitif Piaget menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek serta kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget percaya bahwa intelektual anak itu berkembang seiring dengan bertambahnya usia anak. Dalam teorinya Piaget membagi tahap-tahap perkembangan anak menjadi 4 fase, yaitu: Tahap Sensorimotor, Tahap Praoperasional, Tahap Operasional Konkret, dan Tahap Operasional Formal.

Piaget berpendapat bahwa sejak usia balita, seorang manusia itu telah memiliki kemampuan untuk menghadapai objek-obejk disekitarnya. Namun kemampuan yang dimiliki pada usia balita ini masih sangat sedehana, yaitu kemampuan melihat, mendengar, meraba, merasa, mencium, mengendalikan gerak tubuh, dll atau bisa disebut dengan kemampuan sensormotorik. Kemampuan sensormotorik ini biasanya berlangsung pada bayi yang baru lahir hingga usia 2 tahun.

Selanjutnya adalah tahap praoperasional yang biasanya dimulai pada sekitar usia 2 tahun sampai dengan usia 7 tahun, dimana anak-anak sudah mulai bicara pada usia 2 tahun. Selama tahap praoperasional, anak juga menjadi semakin mahir menggunakan simbol, terbukti dengan meningkatnya cara bermain dan berpura-pura. Misalnya, seorang anak berpura-pura sapu adalah kuda. Terkadang anak-anak juga sering memainkan peran sebagai "ibu", "ayah", "dokter", dan banyak karakter lainnya. Karakteristik utama tahap praoperasional konkret adalah anak-anak pada tahap ini belum memahami logika konkret, tidak dapat memanipulasi informasi secara mental, dan tidak dapat memahami sudut pandang orang lain atau biasa disebut egosentrisme.

Bila Anda memiliki pengalaman atau pernah melihat anak yang tidak mau berbagi mainannya dengan anak lain, itu yang disebut egosentrisme, yang mana pada masa ini anak tidak boleh dipaksa untuk berbagi apabila anak tersebut tidak mau berbagi. Karena pada masa ini anak itu tidak bisa untuk berbagi, dan belum mampu untuk berpikir alasan mengapa harus berbagi.  Dan merupakan sebuah kesalahan dan pemaksaan apabila orang dewasa tidak mewajarkan hal tersebut.

Dan apabila anak dipaksa berbagi, anak maka perlahan kehilangan sesadaran akan kepemilikan barang, dan apabila Anda mengetahui bahwa ada orang yang gak enakan, bisa jadi itu karena orang tua tidak menyikapi masa egosentrisme anak dengan benar. Masa egosentrisme ini adalah masa yang sangat normal pada anak, dan seiring dengan bertambahnya usia akan berakhir, dan anak lebih bisa memahami orang lain.

Lalu yang ketiga ada tahap operasional konkret yang mencakup anak-anak usia 7 tahun hingga kira-kira usia 11 tahun. Anak-anak pada tahap ini menjadi lebih logis dan rasional, namun masih terbatas pada situasi nyata. Mereka juga mulai kurang berfokus pada dirinya sendiri dan semakin sadar akan peristiwa eksternal. Namun sebagian besar dari mereka belum bisa berpikir secara hipotesis.

Dan yang terakhir ada tahap operasional formal yang dimulai pada usia sekitar 12 tahun yang berlangsung hingga dewasa. Anak-anak pada tahap ini sudah bisa memikirkan berbagai macam hal dengan cara yang sistematis, mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan, dan menghasilkan sebuah hipotesis atau dugaan. Tahapan ini dikenal sebagai penalaran hipotesis-deduktif yang merupakan bagian dari tahap operasional formal. Karena penalaran hipotesesis-deduktif mereka sudah mulai berkembang, mereka ini juga bisa membayangkan berbagai macam solusi dan hasil potensial dalam situasi tertentu, lalu memilih opsi terbaik berdasarkan logis atau tidaknya kemungkinan tersebut.

Anak berkembang seiring dengan perkembangan usianya, untuk itu orang tua baiknya mendukung dan jangan terlalu mendikte dan memaksa anak untuk melakukan sesuatu karena bisa jadi anak memang belum mampu untuk melakukannya. Kita orang dewasa memandang hal itu sepele namun anak belum tentu bisa berpikir seperti yang kita pikirkan. Karena kapasitas dan kemampuan tiap orang dan tiap usia itu berbeda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun