Mohon tunggu...
Nihayatul HidayahMarisita
Nihayatul HidayahMarisita Mohon Tunggu... Mahasiswa - TATA

Dengan menulis, kita abadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Karakter Anak, Siapa yang Paling Bertanggung Jawab?

12 Agustus 2021   12:56 Diperbarui: 12 Agustus 2021   13:19 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan seperti apa negeri kita di 20 tahun mendatang sangat bergantung pada pendidikan anak-anak (generasi bangsa) di masa sekarang. Oleh karena itu harusnya anak menjadi perhatian khusus sebab mereka adalah aset bangsa. Maka dari itu penting sekali dilakukan penyeimbangan antara pendidikan intelektual dan pendidikan karakter. 

Berbicara tentang pendidikan karakter, kegagalannya selalu dikait-kaitkan dengan instansi pendidikan. Jika ada anak nakal selalu saja yang ditanyakan adalah, "sekolah dimana sih?". Tetapi pendapat mayoritas masyarakat demikian juga tidak bisa mutlak disalahkan. Berdasarkan sejarah pendidikan di Indonesia, bangsa Indonesia adalah jajahan kolonial selama 350 tahun. 

Saat itu sekolah ada untuk memenuhi kebutuhan para kolonial. Materi pendidikan disusun sedemikian rupa, manusia-manusia Indonesia dididik bukan agar menjadi orang yang berkarakter tetapi  hanya sekadar untuk menjadi buruh pabrik, sebagai pekerja,  bukan pemilik pabrik. Sayangnya, pendidikan seperti ini masih dipakai sampai sekarang.

Tetapi instansi pendidikan juga tidak bisa sepenuhnya disalahkan, karena kalau dipikir-pikir anak-anak di  sekolah paling lama delapan jam perhari. Sehingga anak banyak menghabiskan waktu di rumah. Maka yang paling bertanggungjawab atas pendidikan karakter anak paling besar diemban oleh keluarganya, terlebih ibunya. 

Orang-orang tidak sedikit yang tumpul kreativitas, tumpul mengeluarkan pendapat, semua itu dimulai dari keluarga. Bagaimana tidak, di saat mereka masih kecil manjat pohon saja mereka sudah diteriaki. Padahal manjat pohon itu juga bagian dari proses belajar, karena ia harus menyatukan antara kekuatan dan konsentrasi. Sangat berbeda dengan Jepang, ruangan TK di sana diletakkan di roof top untuk menanamkan pada anak supaya anak tahu cita-cita setinggi langit harus digapai.

Maka kita ambil kesimpulan, bahwa pemegang peran terpenting atas pertumbuhan generasi bangsa adalah ibu. Pemegang kendali urusan rumah adalah ibu. Mau seperti apa anak di masa depan maka itu tergantung ibunya. Bahkan apa yang dilakukan, ditonton, dibaca oleh ibu saat mengandung pun sangat berpengaruh pada bayi yang dikandungnya.

Di sinilah pentingnya mengedukasi calon orang tua, terutama calon ibu; bagaimana mengajari anak dengan tidak merusak mentalnya. Anak seperti sebuah bibit yg baru tumbuh, pengajaran adalah pupuk agar anak tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yg baik.  cara memberi pupuk dan takaran yg pas untuk memupuk sebuah bibit tidak semua orang tua tahu caranya, kurang pupuk bibit akan mati dan layu kalaupun tumbuh akan tumbuh secara gersang. Namun kelebihan pupuk pun, akan membuat bibit mati sebelum berkembang.

‘Wanita pintar, Indonesia maju' adalah pasangan frasa  yang cocok menggambarkan pentingnya peranan perempuan. Oleh karena itu penting sekali untuk perempuan agar belajar banyak sebelum mendapatkan tanggung jawab 'momong anak' dari Tuhan. Maka dari itu, satu pesan yang paling penting adalah "didiklah dirimu sebelum 5 tahun yang akan datang kau mendidik anak-anakmu".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun