Indonesia memiliki sejarah isu perempuan bahkan sejak zaman kolonial yaitu pada abad 20 an, tentunya untuk mengatasi ketimpangan sosial. Adapun pionir dizaman kolonial tersebut adalah RA. Kartini yang terkenal dengan surat menyurat yang berisi kritikan tentang melawan budaya patriarki serta memperjuangkan hak perempuan dalam pendidikan, yang mengalami diskriminasi dengan perempuan, namun gerakan ini bersifat individual. Selain RA. Kartini ada juga cut nyak dien dan Rasuna said yang sama-sama gerakan yang sifatnya individu. Mereka semua selain mendobrak budaya patriarki, akan tetapi hak perempuan dalam pendidikan pun ikut disertakan dalam gerakannya.
   Setelah terlaksana Kongres Perempuan Indonesia yang dilaksanakan di Yogyakarta, lahir sebuah organisasi yang menjadi tonggak sejarah untuk menyuarakan perjuangan hak asasi perempuan. Sejak pasca kolonial ada beberapa gerakan perempuan yang diantaranya;
   Aisiyah lahir pada tahun 1917 merupakan sebuah gerakan perempuan dari Ormas Muhamadiyah yang menjadi elemen masyarakat dan berkonsentrasi pada pendidikan, Bahkan di Indonesia banyak PAUD yang didirikan oleh pergerakan ini.
   Putri Mardika lahir pada tahun 1912 menjadi gerakan perempuan yang sama berkonsentrasi dalam bidang pendidikan.
   Pada tahun 1950 lahir gerakan Gerwani yang sangat menonjol dalam bidang sosial, selain itu bagian dari dinamika organizm dalam memperjuangkan hak-hak buruh. Selain gerakan Gerwani yang lahir pada tahun 1950 yaitu Fatayat Nu organisasi ini berfokus pada bidang pendidikan. Dan ada juga Dharma wanita merupakan organisasi wanita yang beraliran nasionalis feminizm dan menganut pemikiran barat. Selain itu ada juga Qowani yang berfokus pada pendidikan, politik dan ekonomi. Pada pergerakan-pergerakan tersebut ada yang berfokus pada pendidikan, sosial, ekonomi dan politik. Akan tetapi untuk yang fokus pada bidang politik itu jarang.
   Ada suatu badan musyawarah yang menghimpun organisasi islam seindonesia yang bernama (BMIWI). Adapun isu yang sedang on going yaitu mengenai ketahanan keluarga dalam isu ini mencakup ekonomi, mental dan keagamaan. Bahkan dari kemenag mengadakan program pre- marriage yang membahas mengenai parenting. Hal ini untuk mengatasi isu perempuan yang kemudian tidak siap setelah melakukan pernikahan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI