Disuatu malam hari, dengan rangkaian bintang-bintang di langit, berbagai perasaan yang ada telah menggumuli isi hati. Pertemuan pertama bersama promotor perlombaan akhir tahun atau disebutnya dengan Perlombaan Pramuwadda'ah di pondok pesantren. Ketiga calon peserta lomba mereka memasuki ruang tamu khusus wali santri, lalu duduk menanti promotor tersebut. Sebut saja ketiga orang tersebut bernama Hasna, Shofia, dan Adzkiya. Setelah beberapa menit mereka menunggu, akhirnya promotor pun  datang dengan baju berwarna merah yang ia pakai, seolah menggambarkan keberaniannya sebagai promotor lomba. Masuklah promotor tersebut yang bernama Ustaz Sayid Muhammad. setelahnya, duduklah dihadapan ketiga peserta lomba itu, lalu memperkenalkan dirinya sebagai promotor lomba pramuwadda'ah.
   Lomba pramuwadda'ah ini, sebuah istilah perlombaan yang dilaksanakan sebelum perpisahan madrasah disebuah pondok pesantren.Â
   Setelahnya, Dilanjut dengan perkenalan para calon peserta lomba. Berawal dari samping kanan adalah hasna, lalu hasna memperkenalkan dirinya, setelahnya Shofia lalu terakhir Adzkiya. Ketiganya mereka telah memperkenalkan diri, kemudian langsung berlanjut untuk tes pemahaman yang telah mereka pelajari oleh promotor tersebut. Seperti biasa hasna pula yang pertama kali ditanya mengenai pelajaran yang ia pelajari untuk perlombaan tersebut. Sebut saja tersebut adalah ilmu nahwu, dengan kitab Kawakib ad-Duriyah sebagai referensi kitabnya. Ustaz itu memberi pertanyaan seputar ilmu nahwu, lalu hasna pun menjawabnya. Tidak lama setelah hasna menjawab pertanyaan, dia pun mendapatkan bisikan dari seorang temannya yang duduk disamping kanan dekat dengannya, dia bernama Shofia. "Hasna ! dari awal saya amati hingga kamu ditanya seputar ilmu nahwu olehnya, dia dari tadi selalu menatap mu dengan penuh perhatian. "Mungkin dia suka kali sama kamu!" Ujar Shofia.
Kemudian Hasna menjawabnya, "Udahlah jangan dulu baper, kamu ini baru saja pertemuan pertama, udah menciptakan rumor yang tidak-tidak." Â Shofia berkata kembali, "Soalnya dari tadi saya perhatikan terus gerak gerik beliau, dan itu dia selalu mencuri-curi pandang kepada mu."
  Satu jam lebih lamanya, kami telah melakukan tes pemahaman tentang apa yang akan kami lombakan nanti, pada perlombaan cerdas cermat tingkat asrama. Karena melihat dari para peserta yang sudah tampak memerah kedua bola matanya, akhirnya mereka bertiga pun kembali pulang ke kamarnya masing-masing.
  Hari pun telah berjalan cepat, hingga tidak terasa bahwa jadwal pelatihan lomba cerdas cermat tingkat asrama sudah tiba. Setiap hari Selasa malam Rabu, tepatnya satu Minggu sekali, mereka bertiga kembali melakukan rutinitas untuk mengetes kemampuan mereka, dalam pemahaman tentang pelajaran apa yang nanti akan dilombakan. Sayangnya yang bisa hadir pada pertemuan tersebut hanya Hasna dan Shofia, karena mereka masih kelas 2 Madrasah Aliyah, sehingga tidak ada kesibukan lain yang dapat membebankan keduanya. Lain halnya dengan Adzkiya, dia harus bisa mengatur waktu untuk belajar materi lomba cerdas cermat, dengan pelajaran formal lainnya yang akan diujikan pada try out minggu depannya.
  Tidak seperti hari sebelumnya, suasana pada pertemuan kedua nampaknya berbeda. Karena terbukti dari dugaan shofia, bahwa ustaz sayid dia menyukai Hasna. Suasana di dalam guest house atau ruang tamu, terasa dingin untuk hasna sendiri yang mengalami. Dia sudah menyaksikan dari gestur tubuh ustaz sayid yang kian berbeda tatapan terhadapnya dibanding ketika dia menatap temannya yaitu shofia. Dalam benak hati hasna berkata, "berarti benar apa yang dikatakan shofia, waktu pertemuan pertama.Tetapi, saya harus tetap bisa menjaga sikap, karena bagaimana pun beliau adalah ustaz saya, dan tidak hanya itu beliau pula sebagai keponakan dari kyai saya sendiri." Ucap Hasna dalam hati.
  Hasna yang selalu menjaga sikap sopan santunnya ketika berada di depan ustaz sayid, namun ternyata ustaz sayid tidak bisa menyembunyikan ekspresinya dalam mencintainya. Hingga pada suatu malam tiba, tepatnya pada saat pertemuan ketiga, ustaz sayid membawa satu orang teman untuk menemaninya dalam pelatihan lomba tersebut. Tetapi yang terjadi, satu temannya menguji adzkiya dalam pemahaman fikih, beliau sendiri menguji pemahaman shofia tentang sejarah keislaman. Dan hasna mengenai ilmu nahwunya. Namun, yang menjadi heran setiap orang yang ada di dalam guest house tersebut. Setelah, ustaz sayid menguji Shofia di dalam guest house, kenapa beliau keluar lalu beberapa saat memanggil hasna untuk menanyakan sebuah pertanyaan ilmu nahwu di lingkup yang terbuka. Di panggilnya hasna oleh salah satu temannya yang sudah menjadi pengurus pondok, dan dia bernama ellisa. "Mba Hasna di panggil ustaz di luar, kata beliau dites nya di luar." Ujarnya. Dengan hati yang tidak biasa hasna pun menggerutu, "Kenapa giliran saya di tesnya di luar ustaz? Shofia kan di dalam." Ucap hasna kepada ustaz. Lalu ustaz menjawab, "Di luar enak, langsung dapat menghirup angin dengan sejuk, kalau didalam tidak bisa." Ucap ustaz.
Lalu kembali hasna berkata kepada ustaz, "maaf ustaz, karena ini sudah larut malam, dan banyak santri putra yang sedang mengulang pelajaran, alangkah baiknya dites di dalam saja." Kemudian disambung dengan perkataan ellisa kepada Hasna, "kalau tidak merasa suka, tinggal biasa saja."
Setelah hasna mengajukan permohonan, tetapi pada akhirnya hasna mengalah untuk menuruti apa yang diperintahkan oleh ustaznya. Lalu kemudian dikasihnya beberapa pertanyaan tentang isim domir terhadap Hasna, tetapi karena hasna gugup dan akhirnya banyak beberapa pertanyaan yang tidak bisa hasna jawab.
  Pertemuan ketiga pun sudah dilewati, tetapi setiap hari Hasna mengalami perasaan yang begitu membuatnya bingung, sampai dia pun pernah merenungkan, "apakah aku pun mencintainya ?" Begitu yang terbersit dalam benak hati hasna.