Mohon tunggu...
Nihayatul Fitriyah
Nihayatul Fitriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca adalah sebuah hal yang menjadi keharusan bagi kita sebagai manusia, karena dalam Al Qur'an pun yaitu pada surat Al-'Alaq mulai dari ayat 1-5, manusia diperintahkan untuk pertama kalinya adalah membaca. Dan ayat ini juga menjadi ayat yang pertama kali diturunkan. Selain dari pada membaca, seyogyanya kita sebagai manusia yang tidak lepas dari lupa, untuk selalu mencatat atau menulis apapun yang telah kita ketahui, sebagai bentuk pengikat pengetahuan yang telah kita miliki.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Di Penghujung Masa di Pondok Pesantren

17 Agustus 2024   23:58 Diperbarui: 18 Agustus 2024   08:29 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar NU Online 

      Satu tahun untuk menjalani jenjang kelas 12 Madrasah Aliyah, bagi saya sangatlah berat. karena satu tahun itulah sebagai penentu dalam mengambil keputusan selanjutnya. Belum lagi dengan rasa jenuh yang menghampiri, seakan-akan saya ingin berhenti secepat mungkin sebelum waktunya lulus. Tetapi itu tidak mungkin terjadi, karena kedua orang tua saya yang selalu menasihati dan mendorong untuk terus tenang dalam fase down pada saat itu.    Dipertengahan semester pertama, sesekali saya pernah mengalami kesalahan dalam melanggar peraturan pondok. Saya pun keluar tanpa izin pada saat itu, karena pada saat saya keluar bertemu dengan teman seangkatan yang mereka pun sebagai pengurus, akhirnya saya di panggil untuk disidang di kantor pengurus asrama. Kesal rasanya berada di fase down lalu melakukan kesalahan seperti ini. Setelah saya dipanggil oleh keamanan asrama, saya dan kedua teman saya pun bergegas langsung untuk menuju kantor pengurus asrama. Kemudian disidanglah kami berdua, berawal dari keamanan asrama bertanya kepada kami, Kenapa kalian keluar tanpa izin? Dengan nada bicara lantang. Saya dan teman saya masih terdiam dan belum menjawab. Lalu mengulang kembali pertanyaan tersebut, sampai pada akhirnya saya pun menjawab sesuai dengan realitanya. "Saya keluar tanpa izin, bukan karena saya tidak ingin mematuhi peraturan, tetapi kenapa?, ketika kebanyakan santri izin pun yang di beri jawaban oleh Kaka pengurus sekalian adalah pertanyaan yang terus berputar pada inti tidak bisa mengizinkan, hal inilah yang terkadang kita tidak ingin izin ketika hendak keluar. Dan untuk keluar tanpa izin ini pun saya dan teman saya bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi ada hal yang memang sangat dibutuhkan dan itu waktunya hanya beberapa hari lagi." Ucap saya dalam menjawab pertanyaan keamanan asrama tersebut.
    Pada saat itu saya dan kedua teman saya pergi ke warung yang berada di sebelah barat pondok, hanya untuk menelpon orang tua dalam seputar membicarakan finansial pribadi, yang betul-betul akan dipakai dalam jangka waktu dekat.
     Dikemudian hari saya pun ditengok oleh bapak saya, kemudian akhirnya saya bercerita perihal peraturan asrama yang telah saya langgar. "Saya sudah tidak betah mondok lagi pak ! Saya ingin setelah lulus sekolah nanti berhenti mondok dan tidak ingin melanjutkan satu tahun untuk pengajian terakhir di pondok." Ucap saya. Bapak pun menjawab, "Kenapa alasannya jika tidak ingin melanjutkan satu tahun pengajian di pesantren?" Ujar bapak. "Saya udah merasa jenuh pak disini !". Lalu bapak menyuruh saya untuk menelpon ibu, akhirnya saya meneleponnya. Lalu saya meminta izin untuk tidak ingin melanjutkan satu tahun pengajian setelah lulus sekolah nanti. "Assalamualaikum bu, sebelumnya saya minta maaf, karena saya ingin membicarakan soal nanti setelah saya lulus sekolah MA, saya tidak ingin melanjutkan satu tahun pengajian di pondok setelah lulus sekolah nanti." Kemudian ibu menjawab, "Kenapa kamu tidak ingin melanjutkannya? Udah merasa jenuh ? Ya sudah itu terserah kamu, tetapi ibu sangat menyarankan agar kamu bisa melanjutkannya. Mendengar jawaban yang ibu sampaikan, menjadikan hati ini sangat dilema antara apa yang diharapkan oleh diri sendiri dan keinginan orang tua.
     Beberapa Minggu kemudian, saya pun sempat dikasih dorongan oleh teman saya untuk langsung mendaftar SBMPTN, Tetapi setelah saya diantar oleh kedua teman saya menuju kantor sekolah, tepat berada di depan kantor sekolah tersebut, saya tidak langsung mengambil keputusan untuk mendaftar SBMPTN. Saya sejenak merenung, sehingga mengingat nasihat yang kedua orang tua saya sampaikan. Dalam pikiran saya teringat, seandainya saya mendaftar kemudian lulus, nanti bagaimana dengan keputusan saya ini, kedua orang tua belum mengizinkan saya untuk keluar dari pondok pesantren. Akhirnya hati kecil saya pun berkata, saya harus mengikuti apa kata orang tua, itu pasti akan menjadi pilihan yang terbaik untuk kedepannya. Hingga pada akhirnya, saya pun tidak jadi melanjutkan untuk mendaftar SBMPTN tersebut, dan menuruti apa yang menjadi perintah kedua orang tua.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun