Mohon tunggu...
Nihayatul Faizah
Nihayatul Faizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Psikologi di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Puasa Dapat Mengubah Perilaku Emotional Eating? Berikut Penjelasannya

22 Juli 2023   20:16 Diperbarui: 22 Juli 2023   20:26 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Salah satu parameter seseorang dapat dikatakan sehat yang pertama adalah pola makan, dan kedua pola hidup. Apabila salah satu dari kedua hal tersebut terdapat gangguan, maka akan mendatangkan masalah Kesehatan pada diri. Kita sering menemui berbagai jenis makanan yang bermacam-macam mulai dari makanan yang manis, asin, asam hingga pedas. Selain itu banyak juga ditemui berbagai jenis makanan dari mulai makanan tradisional hingga makanan khas dari luar negeri. Dengan teknologi yang serba canggih dan luasnya target dalam penjualan makanan, makan menjadi sebuah gaya hidup baru dan dapat menjadi trend pada masyarakat. Tetapi ternyata hal tersebut menyebabkan dampak negatif dan salah satunya adalah terjadinya masalah pada perilaku makan. Salah satu perilaku makan yang sering ditemui di masyarakat adalah emotional eating atau dalam Bahasa Indonesia berarti makan emosional.

Apa itu emotional eating?

Emotional eating merupakan salah satu istilah dalam psikologi yang mendeskripsikan perilaku makan yang didasari bukan karena tubuh sedang merasa lapar, tetapi karena merasakan emosi-emosi negatif dalam dirinya dan melampiaskan dengan makan secara berlebihan. Seseorang yang tidak bisa mengendalikan emosinya melampiaskan dengan makan secara berlebihan sebagai salah satu cara untuk menghadapi emosi negatif. Perilaku emotional eating ditandai dengan kegagalan untuk membedakan sensasi lapar secara fisiologis dan berkeinginan untuk makan sebagai strategi mengatasi emosi negatif. Emosi negatif yang dimaksud diantaranya yaitu sedih, kecewa, marah, khawatir, malu, takut, dan sebagainya. Biasanya seseorang yang mengalami stress, kecemasan, dan depresi rentan untuk melakukan emotional eating. Hal ini apabila diteruskan dapat menyebabkan banyak dampak negatif pada tubuh misalnya obesitas, diabetes, hingga stroke.

Bagaimana cara merubahnya?

Salah satu Teknik yang dapat dilakukan untuk merubah perilaku emotional eating adalah dengan berpuasa. Puasa selain menjadi salah satu rukun Islam, juga dapat digunakan sebagai Teknik perubahan perilaku. Teknik puasa telah digunakan sebagai terapi penyembuhan sejak ribuan tahun lalu dan kini telah diadaptasi dengan berbagai variasi di berbagai negara. Hakikat dari berpuasa adalah menyeimbangkan fungsi-fungsi di dalam tubuh dengan cara 'istirahat'. Puasa, memungkinkan sistem pencernaan kita beristirahat atau 'tidur' sementara. Diharapkan, dengan cara inilah tubuh akan memulihkan sendiri kerusakan yang terjadi di dalam tubuh.

Ibarat mesin memerlukan perawatan dan juga istirahat agar kemudian dapat Kembali bekerja dengan maksimal, Begitu juga dengan tubuh, Ketika tubuh tidak pernah diajak untuk beristirahat dengan berpuasa, maka akan rentan untuk mengalami masalah dalam Kesehatan baik secara fisik maupun psikologis.

Seseorang yang bekerja terus-menerus tanpa istirahat yang cukup maka badannya akan mengalami tekanan atau stress yang berlebihan. Stress yang dimaksud dalam hal ini bukan hanya bersifat fisik tetapi juga bersifat psikologis. Seseorang yang mengkonsumsi banyak makanan, termasuk perilaku emotional eating makan secara berlebihan dan terus-menerus sehingga hal tersebut dapat memberikan tekanan pada badan dalam mengelola makanan yang masuk ke dalam tubuh.

Tubuh kita memiliki tiga tahapan dalam mengolah makanan yang masuk ke dalam tubuh. Dengan kata lain, untuk dicerna pada siang hari, diserap dan metabolisme pada malam hari, dan Ketika pagi hari membuang sisa-sisa metabolisme tubuh. Tetapi apabila seseorang melakukan emotional eating, dia akan cenderung makan Ketika merasakan emosi negatif sehingga cenderung makan kapanpun ia merasakan hal tersebut. Pola makan yang seharusnya dijaga menjadi berantakan dan proses pencernaan makan dapat terganggu. Badan memiliki tekanan berlebihan karena tidak memiliki jeda untuk menjalankan fungsi ilmiahnya, Bahkan juga tidak sempat untuk beristirahat. Yang terjadi adalah badan mengalami penurunan daya tahan tubuh dan pencernaan serta proses metabolisme tubuh menjadi terganggu. Hal ini apabila terus-menerus terjadi akan menyebabkan penyakit bagi tubuh.

Bagaimana islam memandang puasa?

Puasa  merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mencegah hal buruk pada tubuh. Dengan berpuasa, membantu tubuh untuk megistirahatkan organ-organ serta membuang racun dalam tubuh yang dapat membahayakan Kesehatan dalam jangka Panjang. Terdapat ayat di dalam Al-Qur'an terkait bahaya pola makan yang buruk:


Artinya: "Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia". 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun