Sejauh yang kurasakan, musim panas Korea (Seoul), lebih panas dari Jepara. Sedangkan musim dingin, it's killing me. Winter di Busan, membuatku flash back ke musim Corona. Semua orang perlu masker. Tanpa memakai masker, dinginnya menusuk hidung sampai ke tulang (sumpeh aku gak lebay). Kalau boleh memilih, aku lebih tahan kepanasan, daripada kedinginan. Musim dingin tidak terasa saat aku tinggal di asrama. Sebab, disana dilengkapi fasilitas dobel heater (under floor heater dan ceiling heater). Baru setelah pindah ke one room (semacam kos-kosan), pemanas hanya ada di under floor. Apabila memiliki tubuh yang tidak tahan dingin, akan mudah sakit.
Solusi: Perlu memiliki minimal 2 jaket padding, 2 sweater, dan baju yang khusus musim dingin lainnya. Atau bisa dikatakan, kita memang perlu memiliki baju khusus setiap musim. Kalau aku sendiri, selama winter, di dalam kamar pun butuh memakai sweater atau padding. Oleh karenanya memiliki lebih dari 2 buah, lebih aman. Perlengkapan penghangat lain, bisa dicari di E-market Coupang.
3. Belum bisa Bahasa Korea.Â
Ini menjadi culture shock khusus bagiku atau bagi kamu yang kuliah ke Korea tapi belum siap bekal bahasa untuk komunikasi sehari-hari. Sebab, nyatanya menghafalkan kosakata ringan saja tidak cukup untuk memahami yang dibicarakan oleh orang Korea. Mereka tidak berbicara Bahasa Inggris, maka se-advance apapun level Bahasa Inggris kita, tidak ada gunanya di sini.
Solusi: Maka, sebelum ke Korea, siapkan bekal Bahasa Korea sebaik-baiknya. Harus bin wajib sudah bisa baca huruf hangul. Kalau bisa, cek kemampuan Bahasa Koreamu dengan ambil tes topik level 1 di Indonesia. Apabila hasil tes topik 1 mu bagus, kemungkinan sampai di Korea tidak akan mengalami shock Bahasa separah aku. Dan memang anak GKS akan dibekali kursus bahasa Korea selama 1 tahun sebelum kuliah, tapi berdasarkan pengalaman, persiapan matang dari rumah tetaplah diperlukan. Â
4. Tidak bisa membaca Map.Â
Ini adalah masalah per-individu. Aku punya masalah pribadi dengan Google Map sejak di rumah, dan kini tinggal di Korea nambah masalah dengan Naver Map dan Kakao Map, serta map-map yang lain. Belum tentu kamu memiliki masalah yang sama.Â
Saat itu, dalam benakku, apabila aku tidak bisa membaca Map, maka sampai kapanpun aku tidak akan bisa melakukan perjalanan jauh tanpa teman. Artinya aku akan menggantungkan diri kepada orang lain. Dan aku benci itu.
Solusi:Â Semoga kamu tidak memiliki masalah yang sama. Good news, saat ini aku sudah bisa membaca Naver Map, karena faktor kebiasaan. Kita perlu praktik membaca Map terus-terusan. Jangan takut kesasar, karena itu juga bagian dari belajar. Pada awal-awal, tetaplah pergi bersama teman sambil praktik membaca Map. Lain waktu, cobalah pergi sendirian tapi jangan di malam hari. Kesasar siang hari tidak lebih berbahaya daripada malam hari.
Closing
Tulisan ini untuk mengobati rasa rinduku terhadap makanan Indonesia. Iya, dari sekian hal yang sudah membuat aku betah tinggal disini, hanya makanan rumah yang menjadi alasan aku terkadang ingin pulang, tapi balik lagi ke Korea. Aku rindu Poci isi kelapa, es degan, bubur kacang hijau, klepon, martabak manis, horog-horog, a.... ,b..., c....