Keyword: GKS (Global Korea Scholarship)
Guideline pendaftaran akses di: www.studyinkorea.go.kr
Culture shock memang suatu hal yang tidak bisa kita hindari ketika tinggal di tempat baru. Culture shock merupakan reaksi emosional berupa kepanikan, stres, dan perasaan tidak nyaman karena menghadapi situasi lingkungan hidup yang berbeda dari sebelumnya. Pagi hari, mulut yang tiba-tiba ngidam ingin makan lontong pencel dan bubur sumsum, biasanya langsung gas naik motor beberapa menit saja dan bisa mendapatkan semua sesuai keinginan. Harganya pas di kantong dan rasanya cocok. Namun kini? Misalpun ada yang jual, harganya berkali-kali lipat lebih mahal, tidak ada motor, dan rasanya tidak asli.
Huh! Pengen pulang. Tapi capek di jalan. Jasa teleportasi ada nggak?
Sebelum terbang ke Korea, Culture shock sudah aku pikirkan. Aku sadar bahwa hal ini tidak mungkin bisa dihindari. Apabila tidak pintar mengelola emosi, aku bisa sakit. Dan uniknya, culture shock yang dialami setiap orang bisa berbeda-beda. Oleh karenanya, hanya diri sendiri yang bisa berusaha mencari solusinya.
Tapi syukurlah, sekarang aku sudah bisa berdamai dengan keadaan. Menuju satu setengah tahun di sini, aku belum ingin pulang. Ternyata kita hanya butuh waktu untuk beradaptasi dan mencari hal-hal yang menarik agar hidup di negara orang ini bisa lebih menyenangkan.
1. Makanan.Â
Sebagai seorang muslim, datang ke Korea, perhatian utama tentang makanan adalah kehalalan. Dalam posisi belum mengerti dimana menemukan bahan makanan halal, menjadi beban tersendiri. Apalagi bagi yang tidak begitu suka dengan seafood. Aku pernah mencoba membeli seafood olahan dari pasar terdekat, ternyata rasanya aneh. Tidak sesuai dengan selera lidahku. Hal ini akhirnya menambah kecemasanku. Saat itu juga, aku ingin menangis. Ingin pulang.
Sebentar. Aku akan jelaskan lebih lanjut. Saat itu aku berpikir, makanan Korea di restoran, dimana-mana rasanya akan seaneh itu. Mengandung rempah-rempah yang asing, asem, baunya aneh . Tapi ternyata aku salah. Setelah mencoba masakan restoran, Korea memiliki bumbu rempah yang cocok dengan lidah Jawaku. Seandainya makanan mereka tidak mengandung babi, behh, tambah krasan di sini.
Solusi: Ini hanya tentang waktu. Satu minggu berlalu, sudah menjelajah ke beberapa tempat. Informasi keberadaan warung Indonesia sudah ditemukan. Rasanya sudah lebih baik. Ditambah dengan telah ditemukannya beberapa bahan makanan yang bisa dikreasikan untuk memasak makanan rumah, rasanya tambah lebih baik. Misalnya, bila tidak ditemukan bawang merah, bisa diganti dengan daun bawang. Pergi ke Itaewon, dan Ansan, disanalah surga bahan makanan Indonesia.
2. Musim yang berbeda.Â