Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saatnya Kembali Belajar Tahun 2021? Begini Kabar Guru Les Selama PJJ

3 Januari 2021   14:55 Diperbarui: 3 Januari 2021   15:08 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari situ saya dapat menginformasikan bahwa menjadi guru les terutama selama PJJ ini, perlu tenaga ekstra dalam memberi penjelasan. Sebab, benar adanya bahwa selama pembelajaran PJJ banyak ditemukan siswa-siswi yang hampir 80% belum memahami materi yang telah dijelaskan melalui daring. 

Saya pribadi berpendapat seharusnya kita tidak menyangkut-pautkan tingkat kecerdasan atau kepintaran si anak bila selama PJJ ini ada dari mereka yang belum mampu menyerap materi 100%, karena memang belajar itu perlu sekali kehadiran fisik seorang guru/tutor yang mampu menjawab kesulitan mereka, minimal memastikan apa yang mereka pelajari telah berhasil terserap. Juga kehadiran seorang guru mampu memantau perkembangan si anak secara detail apakah proses pembelajaran mereka bisa tercapai maksimal. 

Apabila ketiganya itu tidak diperhatikan orang dewasa/orang tua, maka belajar yang asal-asalanlah yang akan kita temukan dari si anak. Salah bila kita menyerahkan semua keputusan dan kebutuhan belajar pada anak secara penuh.

Kerap kali saya menjumpai anak-anak yang ketika awal berangkat les, mereka kesulitan memulai soal latihan yang akan dikerjakan. Ketika saya tanya, "Sudah dijelaskan sama bapak/ibu guru kan?" "Sudah mbk. Tapi nggk paham." "Kenapa nggk tanya? " "Nggk berani." Oke, dari situlah guru les mulai ekstra menempatkan diri. Menjalankan peran pembantu belajar yang sesungguhnya.

Menjadi lebih berbahaya bila alasan les dari si anak adalah demi mengerjakan tugas seabrek yang diberikan guru, yang justru oleh siswa bukan kualitas yang dipentingkan namun lebih ke kuantitas. Mereka bilang, "Halah, yang penting PR bisa selesai dan bisa dikumpulkan besok". OMG!

3. Ekstra meluangkan waktu. Sebagaimana poin 1 diatas, bahwa guru les adalah alternatif bagi para orang tua untuk mendampingi belajar anak. Sedangkan faktanya, menjadi guru les kebanyakan bukanlah profesi atau kesibukan utama yang dimiliki oleh seorang guru les. Kadang mereka memiliki profesi atau kesibukan lain dalam sehari-harinya, yang dengan alasan itulah seseorang baru dipercaya oleh para orang tua untuk menjadi pendamping belajar anak mereka. 

Kemudian dengan seiring bertambahnya anak yang membutuhkan pendampingan belajar, guru les itu sendiri kadang sudah capek dengan aktifitasnya seharian, tapi masih harus profesional menjalankan tugasnya ini. Jadi guru les harus pintar membagi waktu juga tenaga untuk melaksanakan tanggung jawabnya ini.

4. Di desa, ketataan protokol kesehatan belum terlalu diindahkan. Selama ini, anak-anak les belum ada yang tertib berangkat les dengan memakai masker. Begitupun ketertiban cuci tangan dan membawa hand sanitiser. Mungkin hal ini kembali lagi disebabkan keyakinan mereka akan jarak rumah yang dekat, jadi tidak perlu terlalu merisaukan risiko penularannya. 

Padahal saya sebetulnya tidak setuju dengan itu. Namun bagaimana lagi bila peringatan saya tidak juga diindahkan. Pernah suatu kali diawal-awal kepanikan pandemi, saya meminta seorang anak untuk les memakai masker, namun malah itu menjadi hari terakhirnya berangkat les. Haha

Pada akhirnya, peraturan les yang saya terapkan selama pandemi ini adalah tidak memperkenankan siswa yang ada gejala seperti batuk dan pilek untuk masuk les, tidak boleh saling berjabat tangan, harus selalu menjaga jarak, serta menyediakan tempat cuci tangan diluar.

Begitu juga ketika saya menanyakan beberapa rekan saya yang juga menjadi guru les, namun peran mereka sebagai visited tutor, mereka mengatakan bahwa penerapan protokol kesehatan juga tidak terlalu diketatkan. Atas kesadaran sendirilah, teman saya memakai masker apabila ada batuk-batuk ringan yang sedang dideritanya. Dia juga menekankan tidak boleh berjabat tangan selama pandemi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun