Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Menjalin Kisah dengan "Hubae", Lebih Baik Jangan!

13 September 2020   21:14 Diperbarui: 13 September 2020   21:17 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: www.freepik.com

Hai ladies, maksudku sama berondong.

Of course bukan berondong jagung alias popcorn, ya. Tapi berondong yang merupakan sebutan untuk cowok yang lebih muda dari cewek. Makanya, daripada diskusi ini salah paham sama popcorn yang ngingetin ke nonton bioskop, mending kita switch dulu ke istilah hubae. Setuju K-Popers?

Bukan tanpa sumber tulisan ini dibuat. Tapi ini berdasarkan pengalaman pribadi dan pengalaman 2 kerabat yang masing-masing, kita memiliki cerita sendiri tentang menjalin hubungan dengan hubae. Kerabat pertamaku mengaku telah menjadi korban pelarian dari hubae, dan ditinggal balikan sama mantannya saat sedang sayang-sayangnya (eih... mengenaskan); kerabat keduaku, yang sedang hangat-hangatnya saat ini adalah sedang dan masih dibuat repot oleh mantan hubaenya. Mereka yang pernah menjalin kasih, namun oleh kerabat keduaku membuat keputusan untuk mengakhiri hubungan mereka dengan suatu sebab yang kuat. Sedangkan kisah pribadi, hampir sama dengan kisah kerabatku yang pertama, diputus saat sedang sayang-sayangnya, dan hampir terperdaya juga dengan cara hubae memanfaatkan kebaikan yang telah kuberikan.

Jadi tidak ada salahnya kalau kisah ini saya bagi, agar tidak ada lagi korban hubae selanjutnya. Berikut kisah kami:

Kisah 1

Kerabatku mempercayai bahwa menjalin hubungan dengan seseorang yang dipertemukan dalam dunia kerja itu bisa menjanjikan kabar baik. Maksudnya, dalam kaitan mencari pasangan hidup, dari beberapa tempat yang disebutkan menjadi tempat potensial pertemuan dengan jodoh, yaitu diantaranya adalah tempat kerja, sekolah, tempat berbelanja, transportasi umum, tempat wisata; kerabatku memandang tempat kerja adalah tempat yang paling potensial.

Karena seringnya bertemu dalam suasana kerja tersebut, hadirlah rasa yang sulit terdefinisikan yang lebih mudah kita sebut "cinta". Tidak perlu ditanya siapa yang memulai memberi tanda cinta itu. Sudah barang tentu kalau itu pasti diawali oleh cowok. Kerabatku hanya seorang ordinary girl, yang tidak akan pernah memberi respon kalau tidak diawali dengan stimulus. Seharusnya sudah menjadi pengetahuan umum kalau harga diri seorang perempuan itu tinggi harganya.

Lambat laun, hingga beberapa bulan lamanya sejak pertemuan, keduanya menjadi sangat dekat. Terdukung dengan tempat tinggal yang tidak terlalu jauh, selain pertemuan di tempat kerja, mereka juga saling meluangkan waktu di hari libur meski hanya dengan hal-hal sederhana. Seperti pergi ke beberapa tempat wisata terdekat, makan bakso bareng, jalan-jalan setiap malam minggu, tidak lupa juga antar jemput berangkat kerja. Momen-momen itu sungguh membahagiakan menurutnya.

Dalam 5 bulan pertama menjalani kisah romantis dan membahagiakan, sebetulnya kerabatku sudah mencium aroma perubahan sikap dari hubaenya. Tapi hal itu tidak terlalu dia pikirkan. Pikiran positifnya tidak sampai membuatnya curiga dan mempertanyakan hal yang tidak wajar. Sebelum akhirnya hubae berubah dari hari ke hari, hubae telah terlanjur menjadi lelaki istimewa baginya. Dia telah menjadi sahabat, dia bisa menjadi sosok kakak, dan orang yang paling mengerti dirinya. Harapannya, karena sudah sama-sama berusia lebih dari 20 tahun, keduanya bisa melanggengkan hubungan tersebut menuju jenjang yang lebih serius. Ya, dia sudah terlanjur jatuh cinta dengan si hubae yang berselisih 2 tahun dengannya, sampai 1 tahun berikutnya.

Hingga tibalah saat ketika si hubae mengatakan harus mengakhiri hubungan mereka. Alasan yang sulit diterima namun harus tetap dijalankan, bahwa mereka tidak bisa melanjutkan rencana indah masa depan yang telah sempat dibicarakan berdua. Hubae itu bohong dengan ingin fokus dikarir, tapi kenyataannya ingin menjalankan rencana masa depan dengan orang lain yang tak lain adalah mantannya. Selesai!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun