Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pencarian Makna "Krisis Karakter" oleh Generasi Milenial

26 Juli 2020   06:55 Diperbarui: 2 Agustus 2020   09:50 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image taken from www.wrike.com

Kebetulan pekerjaan saya memang banyak mempertemukan urusan dengan orang lain. Baik itu urusan dengan personal, lembaga swasta, maupun pemerintahan. Dari situlah saya bertemu dengan bermacam-macam karakter orang yang bisa saya nilai dan ingin juga saya pahami menurut fenomana pendidikan karakter yang digembar-gemborkan publik selama ini.

Begitu banyak ulasan yang membahas tentang krisis karakter bangsa atau sering juga menyebutnya krisis moral, dengan memberikan penekanan masalah kepada moral generasi muda yang cukup mengelus dada. 

Dilaporkan banyak sekali remaja terjun ke pergaulan bebas, menyalahgunaan obat-obatan, melakukan pencurian, tawuran remaja; atau bentuk kenakalan remaja di sekolah seperti menyontek, bolos sekolah, titip absen, kekerasan murid terhadap guru, bullying, perkelahian remaja yang berujung pembunuhan, kelakuan anak jalanan yang meresahkan, dan lain sebagainya.

Tentu saja hal ini memang miris dirasakan. Sebagai orang yang sudah cukup dewasa, saya juga menyetujui akan gerakan penumbuhan budi pekerti bangsa yang mulai diterapkan kepada siswa-siswi  sejak usia PAUD, SD,SMP, SMA/SMK. Alasan bahwa remaja kita akan menjadi generasi penerus bangsa memang hendaknya pendidikan karakter lebih ditekankan sedari dini, sebagai langkah antisipatif membimbing pemimpin masa depan bangsa kita.

Namun, sebagai salah satu mantan sasaran pendidikan karakter yang digalakkan oleh sekolah, institusi pendidikan tinggi, maupun keluarga, saya berpikir "mungkinkah" kita juga patut menaruh perhatian terhadap perbaikan karakter orang dewasa. 

Jujur saja, hal ini baru terpikirkan setelah diri sendiri terjun ke kehidupan sosial yang lebih luas, dimana seringnya pertemuan urusan dengan orang yang lebih dewasa yang beragam itu, membuat saya ingin mencari tahu kebenarannya melalui pembahasan disini.

Kembali lagi, rasa penasaran ini adalah atas dasar melihat kenyataan yang ada melalui pengalaman, juga melalui sharing masalah dengan beberapa kawan, serta hasil temuan beberapa ulasan publik tentang "krisis karakter bangsa", yang ternyata selama ini, yang banyak dibahas hanyalah tentang moral remaja yang meresahkan masyarakat.

Namun, syukurlah, ternyata telah ada beberapa ulasan publik yang membuka perhatiannya terhadap krisis karakter yang tidak hanya dari sudut pelaku generasi muda (remaja) nya saja. 

Dalam tahun-tahun terakhir ini, publik telah memperluas cakupan perhatian akan krisis moral bangsa yang bisa saya sebut tidak pandang bulu. 

Diungkapkan secara gamblang, bahwa saat ini krisis moral telah dilakukan oleh kalangan berbagai usia, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun tua. Juga tidak segan dijelaskan, bahwa mereka berasal dari kalangan kaya atau kurang mampu, pejabat maupun rakyat, orang berpendidikan maupun kurang berpendidikan.

Kasus yang diangkat misalnya; kasus suap pejabat, kasus korupsi pejabat, penyalahgunaan kekuasaan, kasus professor yang terdeteksi melakukan plagiat, perkelahian/adu mulut orang dewasa di muka umum, kekerasan orang tua terhadap anak, pelecehan seksual, kasus penipuan berkedok haji/umroh, dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun