“Apatisme”, kata itu sangat dekat untuk menggambarkan kondisi mahasiswa saat ini. Bagaimana tidak, disaat carut-marutnya konflik negeri inin, mahasiswa seakan terbungkam dengan aktivitas akademisnya. Mereka lebih suka diam dan hanya melihat dari kejauhan bagaimana kondisi negeri saat ini. Kemana mahasiswa ketika melihat korupsi merajalela? Kemanakah mereka ketika melihat rakyat menjerit menderita karena harga kebutuhan hidup semakin melambung? Yah, mahasiswa sedang sibuk belajar, mahasiswa sedang sibuk praktikum dan penelitian, mahasiswa sedang sibuk banyak tugas. Apa hanya alasan itu yang membuat mahasiswa menjadi apatis terhadap Negara dan rakyatnya? Bukankah mahasiswa adalah penyambung lidah rakyat? Pengawal muncunya kebijakan dari pemerintah? Tapi bagaimanakah reaksi mahasiswa ketika kebijakan-kebijakan yang sekarang ini malah mencekik para rakyat terutama kalangan menengah kebawah. Apa yang sudah dilakukan mahasiswa untuk mencegah itu semua? Apa hanya dengan kuliah dan IPK bagus itu cukup untuk mengubah sebuah kebijakan? Apakah hanya dengan segudang prestasi keilmuan itu cukup untuk mensejahterakan rakyat? apalah arti sebuah prestasi jika itu hanya untuk kesenangan seseorang saja tanpa membawa kemaslahatan pada yang lain.
Sebagai seorang mahasiswa yang terjun di dalam dunia pergerakan, prestasi tidaklah cukup untuk membawa sebuah perubahan, perlu adanya aksi yang nyata untuk itu semua. Ketika melihat situasi yang rumit seperti sekarang ini harusnya seorang mahasiswa yang notabennya dalah pemimpin sebuah perubahan tidak hanya diam saja menunggu gagak putih akan datang. Mahasiswa harus bergerak, mahasiswa harus berfikir kritis dengan membuat tulisan-tulisan yang berisi kritik atas kebijakan yang telah diambil, selain kritik, mahasiswa juga harus punya solusi untuk masalah tersebut, ketika dengan tulisan tak merubah apapun mahasiswa bisa melakukan aksi turun jalan, ketika itu semua tidaklah berarti apa-apa maka mahasiswa harus berani dan lantang menentang para pembuat kebijakan meski harus mengorbankan nyawa sekalipun, untuk menyelamatkan rakyat dari ketertindasan. Karena seorang pemimpin meski jasadnya telah mati tetapi jasanya akan terus dikenang dalam catatan sejarah.
Mari bergerak, pimpin sebuah perubahan, rakyat merindukan seorang penyelamat dari belenggu ketertindasan.
SALAM PERGERAKAN!!
HIDUP MAHASISWA!!
HIDUP RAKYAT INDONESIA!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H