Mohon tunggu...
Nihardianti
Nihardianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Hasanuddin

Mahasiswa S1 Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Media dalam Edukasi Masyarakat tentang Pencegahan Stunting

24 September 2024   08:12 Diperbarui: 24 September 2024   08:36 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak. Kondisi ini terjadi akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang, yang menyebabkan anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari standar usianya. Dampak dari stunting tidak hanya pada pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan kognitif anak yang terganggu, yang bisa memengaruhi masa depan mereka dalam hal pendidikan dan peluang kerja.

Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah berkembang pesat dan menjadi salah satu sarana komunikasi utama bagi banyak orang. Hal ini membuka peluang besar bagi kampanye kesehatan, termasuk pencegahan stunting, untuk menyebarkan informasi kepada audiens yang lebih luas dan lebih tersegmen. Media sosial memungkinkan kampanye kesehatan menjangkau audiens yang mungkin sulit dijangkau melalui media tradisional. Misalnya, penggunaan platform seperti Facebook, Instagram, TikTok, X, dan YouTube memungkinkan kampanye kesehatan untuk memanfaatkan konten visual, seperti infografis dan video, yang bisa lebih menarik perhatian pengguna dibandingkan teks biasa.

Selain itu, media sosial memungkinkan interaksi langsung antara kampanye kesehatan dan masyarakat. Orang dapat mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan, atau berbagi pengalaman mereka. Hal ini sangat penting karena membangun keterlibatan masyarakat dapat memotivasi mereka untuk lebih peduli terhadap isu stunting dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan. Namun, tantangan yang dihadapi adalah memastikan informasi yang disebarkan benar-benar akurat dan dapat dipercaya, mengingat banyaknya informasi palsu yang beredar di media sosial.

Penelitian menunjukkan bahwa media massa bisa menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan pesan kesehatan yang berkelanjutan dan dapat dipercaya. Misalnya, berita yang disampaikan oleh media massa tentang stunting dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya nutrisi yang baik selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak, yang merupakan periode krusial untuk mencegah stunting.

Namun, salah satu masalah yang dihadapi media massa dalam menangani isu stunting adalah bahwa topik ini sering kali tidak menarik bagi masyarakat. Berita tentang stunting cenderung disampaikan dengan cara yang monoton dan kurang menarik perhatian, sehingga banyak orang tidak merasa tertarik untuk membaca atau mendengarnya. Oleh karena itu, ada kebutuhan untuk mengemas berita tentang stunting dengan cara yang lebih kreatif dan menarik agar dapat meningkatkan minat publik.

Meskipun media sosial dan media massa memiliki potensi besar dalam kampanye kesehatan, ada beberapa tantangan yang harus diatasi. Salah satunya adalah overload informasi. Di era digital ini, masyarakat dibombardir dengan berbagai informasi dari berbagai sumber, sehingga sulit bagi kampanye kesehatan untuk mendapatkan perhatian yang cukup dari audiens. Selain itu, media sosial juga berisiko menjadi sarang informasi yang salah atau tidak valid, yang dapat membingungkan masyarakat dan bahkan mendorong tindakan yang tidak aman.

Tantangan lain adalah memastikan bahwa pesan kampanye mencapai audiens yang tepat. Dalam konteks stunting, target audiens adalah orangtua yang memiliki anak kecil atau keluarga yang berisiko tinggi mengalami stunting. Oleh karena itu, diperlukan strategi targeting yang efektif agar kampanye bisa lebih tepat sasaran. Misalnya, kampanye pencegahan stunting dapat menggunakan data analitik dari media sosial untuk mengidentifikasi dan menjangkau audiens yang paling relevan.

Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, beberapa strategi dapat diterapkan. Pertama, perlu adanya verifikasi informasi yang lebih ketat di media sosial. Kerjasama dengan lembaga kesehatan terpercaya atau ahli nutrisi bisa membantu memastikan bahwa informasi yang disebarkan benar-benar valid dan tidak menyesatkan. Kedua, kampanye pencegahan stunting dapat menggunakan algoritma targeting di media sosial untuk menjangkau audiens yang paling relevan, seperti orang tua muda atau ibu hamil. Penggunaan platform media sosial khusus yang berfokus pada kesehatan juga bisa menjadi solusi inovatif untuk mengatasi penyebaran informasi yang tidak valid dan memperkuat komunikasi antara masyarakat dan tenaga kesehatan.

Media memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat tentang pencegahan stunting. Baik media sosial maupun media massa bisa digunakan untuk menyampaikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Namun, untuk mencapai keberhasilan yang maksimal, diperlukan strategi yang lebih cermat, seperti verifikasi informasi, targeting audiens yang lebih baik, dan kolaborasi dengan influencer. Dengan begitu, kampanye kesehatan tentang stunting bisa lebih efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan memotivasi mereka untuk mengambil tindakan yang tepat.

Referensi

Indriani, I., Hayati, F., Ariefaldy, M. I., & Satrio, R. M. (2024). Peran Media Massa Dalam Penanganan Stunting Di Jakarta. Media Bahasa, Sastra, dan Budaya Wahana, 30(1), 25-34.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun