Mohon tunggu...
Nigel Yuswanto
Nigel Yuswanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kebiasaan "Hoax" Dapat Menimbulkan Konflik dan Dampak Merugikan

24 April 2017   22:03 Diperbarui: 25 April 2017   07:01 12185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Membaca berita dan cerita dari media sosial merupakan tren yang menjadi kebutuhan masyarakat pengguna media sosial, karena dengan selalu tahu persoalan berita  yang sedang marak saat ini bisa dibilang menjadi sebuah nilai plus untuk masyarakat pengguna media sosial atau yang biasa disebut netizen. Netizen merupakan istilah yang terbentuk dan berasal dari kata netdan citizen. Netberarti internet dan citizen berarti warga. Bila dipadukan, Netizenbisa disebtu warga internet, orang – orang yang berada di dalam internet, pengguna internet, masyarakat internet dan orang – orang yang berperan aktif juga  memiliki jaringan di dalam media internet antara satu dengan lainnya. Pengertian yang padan tentang netizen adalah siapapun yang mengakses internet dan terhubung dengan pengguna internet lainnya. 

Masyarakat pengguna internet memiliki kebebasan terhadap penggunaan dan kebebasan mengemukakan pendapat. Kebebasan berpendapat bagi para pengguna internet sudah menjadi kebiasaan yang biasa terlihat, namun kebiasaan menggunakan kebebasan berpendapat dapat menimbulkan adanya hoax. Indikasi hoax terbentuk dari bebasnya pengguna internet menyampaikan pendapat lewat dan asumsi menggunakan media massa dan media gambar yang belum pasti kebenaran nya. Hoax dapat menimbulkan banyak kerugian. 

Menurut Australian Radio,kebohongan dalam dunia maya sudah terjadi sejak awal terbentuknya world wide web(www). Kini pun kehadiran media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, dan media sosial lain menjadi penyebab utama hoax bisa tersebar lebih cepat. Hoax dibuat oleh seseorang atau sekelompok dengan tujuan yang beragam. Banyak  tujuan pengguna internet untuk membuat hoax, yaitu mulai dari yang main – main, agitasi yang bersifat menghasut, politik, propaganda dan kepentingan yang berorientasi kepada ekonomi. 

Hoax yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang berorientasi kepada ekonomi biasanya bersifat penipuan. Kebiasaan memberikan konten hoax sangatlah berbahaya terhadap publik karena konten hoax sangat mudah terlihat di media sosial yang notabene nya banyak dinikmati dan dilihat oleh masyarakat awam. Di Indonesia, hoax mulai marak saat pemilihan presiden (pilpres) tahun 2014 dengan menggunakan tren kampanye. Dalam pilpres 2014, hoax bermunculan untuk menjatuhkan citra dari salah satu pasangan calon presiden pada saat itu.

                Penyebab lain maraknya hoax adalah pemerintah dinilai lambat dan tidak sigap dalam merespon berbagai macam isu yang muncul. Hoax diawali oleh opini publik yang memihak tanpa ada suatu kebenaran yang jelas dan opini publik tersebut tidak dapat dibendung dan dikendalikan oleh pemerintah. Sebelum kemunculan media sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan semacamnya hoax banyak disebar lewat sms. Hoax dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi siapapun yang melihat konten – konten hoax tersebut. 

Khususnya bagi masyarakat yang menggunakan internet secara aktif. Hoax memiliki indikasi mencurigakan, meskipun sudah terdengar mencurigakan, masih banyak pengguna internet yang tertipu dengan hoax di media massa. Hoax memiliki banyak dampak negatif, diantaranya adalah hoax dapat membuang waktu dan uang. Hoax dinilai dapat membuang waktu dan uang karena membaca berita hoax menimbulkan kerugian yang tidak main – main khususnya bagi para pengguna internet yang berstatus Pelajar, Mahasiswa dan Pekerja. Pengaruh hoax terhadap individu adalah bila individu tersebut menghabiskan waktu untuk membahas dan membicarakan berita hoax tersebut dengan kurun waktu yang lama dan berlarut – larut. Hoax juga dapat dijadikan sebagai alat penipuan publik. 

Di Indonesia, kabar hoax yang banyak menipu publik adalah gerakan rush money.Gerakan rush money sempat menjadi perbincangan hangat di Indonesia di tahun 2016. Hal itu mulai diperbincangkan di media sosial setelah demo yang menuntut Gurbernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa Ahok atas kasus dugaan penistaan agama. Isu ini disebar dengan sengaja oleh oknum tidak bertanggungjawab yang mengajak masyarkat Indonesia untuk menarik semua uang yang mereka miliki dari bank pada 25 November 2016. Isu rush moneylangsung ditepis oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan memberikan imabuan kepada masyarakat untuk tidak mudah terhasut dengan isu rush moneyyang tidak terbukti kebenarannya.

 Bila masyarakat sampai terjebak dalam isu ini, maka kestabilan ekonomi dan politik di Indonesia akan terancam dan terganggu. Entah apa yang menjadi motif dan tujuan oknum – oknum tidak bertanggung jawab atas disebarnya isu tersebut, terlebih lagi isu tersebut sangat merugikan apabila isu ini benar – benar terjadi. Berita hoax pada tahun  2016 juga menyerang sebagian konten game yang dinilai kurang penting untuk dibahas. Berita hoax yang sempat boomingadalah game pokemon go yang hadir pada pertengahan 2016.

 Ditengah kehadiran Pokemon Go sebagai game yang diminati banyak masyarakat, sempat ada berita yang mengatakan bahwa arti dari Pokemon Go adalah “Aku Yahudi”. Pemberitaan seperti ini dinilai dapat merusak citra dari game Pokemon Go bila berita tersebut dilihat oleh orang awam yang belum pasti mengerti kebenaran dari berita tersebut. Menurut saya pemberitaan seperti ini adalah berita yang tidak masuk akal, maksud dari pembuat berita ini adalah ketika masyarakat memainkan Pokemon Go, mereka percaya bahwa mereka mempercayai dirinya sebagai Yahudi, sungguh penalaran yang tidak bisa diterima oleh akal.

                Pilkada DKI Jakarta 2017 adalah fenomena yang menjadi sorotan publik belakangan ini. Penyebab Pilkada DKI Jakarta menjadi sorotan publik adalah persaingan dimana salah satu pasangan calon menjadi terduga kasus penistaan agama yang pada akhirnya para pemilih menjadi terbentuk menjadi golongan – golongan tertentu. Saat fenomena Pilkada DKI Jakarta, persaingan yang sengit membuat banyaknya berita hoax yang hadir dan menghiasi pemilihan Gurbernur dan wakil Gurbernur. 

Berita hoax yang saling menyerang satu sama lain antar pihak adalah penyebab terjadinya perpecahan dan konflik yang pada akhirnya terjadi sebelum pemilihan, saat pemilihan dan sesudah pemilihan. Saat  ini adalah masa sesudah pemilihan Gurbernur. Memberikan konten berita hoax dirasa menjadi salah satu kebiasaan yang memberikan merugikan bagi para pengguna sosial, khusunya berdampak kepada pengguna media sosial yang awam terhadap pemberitaan yang belum pasti terbukti kebenarannya. Hoax bisa berdampak secara berkepanjangan apabila konten tersebut bertahan dalam kurun waktu yang lama dan  tidak cepat ditangani secara cermat, cepat dan tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun