Mohon tunggu...
Niftya Elsa Intan Pratiwi
Niftya Elsa Intan Pratiwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Call Me Niftya

halooo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Bersama Tanpa Memandang Usia, Tidak Ada Kata Terlambat untuk Belajar

25 Mei 2021   13:05 Diperbarui: 25 Mei 2021   13:37 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada hari kamis terlihat di salah satu mushola Desa Kedungbanteng Kec. Sumbermanjing Wetan Kab. Malang saat malam hari lebih ramai dari biasanya. Hal ini, dikarenakan ada salah satu tambahan kegiatan warga. Kegiatan warga disebabkan karena banyaknya warga kampung yang kebanyakan dari kalangan orang tua belum mengerti dan menguasai tata cara membaca Al Qur’an yang tepat.

Untuk mengatasi banyaknya warga yang belum menguasai tata cara membaca Al Qur’an dengan benar tersebut, ada salah satu warga yang memberikan usul untuk semua warga agar meluangkan waktu dan menyempatkan diri  untuk belajar dan mengaji bersama di mushola kampung. Dan kegiatan resmi dimulai sejak awal tahun 2021. Kegiatan dilakukan setelah sholat maghrib sambil menunggu waktu sholat isya.

dokpri
dokpri
Semua belajar bersama dengan tidak memandang usia. Karena tidak ada yang namanya telat untuk belajar. Para orang tua yang masih belajarpun tanpa malu belajar pada yang lebih muda dan bahkan ada yang belajar pada anak-anak yang kemampuannya sudah memadai.

Awalnya pengajar hanya berjumlah 5 orang, yang terdiri dari 3 pengajar perempuan dan 2 pengajar pria. Dengan jumlah pengajar yang hanya sedikit tersebut namun banyaknya warga yang baru mulai belajar, jumlah itu sangat kurang hingga sering ada beberapa warga yang mengaji setelah sholat isya. 

Dengan seiring berjalannya waktu, anak-anak lebih cepat menyerap ilmu yang diberikan para pengajar. Hal itu juga dikarenakan anak-anak juga mengaji pada sore hari setelah sholat ashar. Karena banyak anak-anak yang sudah menguasainya, setelah mengaji anak-anak tersebut ditugaskan untuk mengajari para orang tua yang masih pada tahap iqra’. Dengan begitu, kegiatan belajar mengaji dapat dilakukan dengan tepat waktu.

Selain itu, ada satu masalah lagi yang menghambat kegiatan ini. Minimnya Al Qur’an berukuran besar membuat para orang tua yang penglihatannya agak terganggu harus mengantri dulu untuk menggunakannya. Karena Al Qur’an dengan tulisan kecil sangat susah digunakan untuk warga yang benar-benar baru belajar serta penglihatannya sedikit terganggu.

Meskipun begitu hingga saat ini (20/05), warga masih sangat antusias dan tetap rajin mengikuti kegiatan tersebut. Yang biasanya warga datang hanya untuk sholat berjamaah dan tahlil, akhirnya ada kegiatan baru yang dilakukan. Selain mencari ilmu, kegiatan ini dapat juga mempererat kerjasama dan tali silaturahmi antar warga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun