Tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat. Begitulah bunyi kata bijak dari para leluhur mengenai pentingnya belajar. Ya, belajar atau menuntut ilmu sepanjang hayat adalah wajib hukumnya bagi sekalian manusia.
Belajar bisa dari mana saja dan kapan saja. Tidak harus di bangku sekolah atau kuliah. Belajar juga tidak dibatasi oleh usia. Siapapun dan usia berapapun, boleh terus belajar tentang berbagai hal yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Diharapkan dari hasil belajar itu dapat meningkatkan derajat kecerdasan dan tingkat kesejahteraan si pembelajar. Oleh karena itu, saya sangat senang dengan kehadiran Kompasiana, sebuah platform blog yang dinamis lagi informatif yang menuntut para anggotanya atau Kompasianer untuk selalu belajar dan update isu-isu terkini.
Setelah mengenal media digital ini, saya seperti menemukan sobat lama yang telah hilang kontak. Ada rasa senang, perasaan tertantang, juga gugup karena kurang familiar dengan media digital seperti ini. Istilah yang lebih tepat, kurang pede.
Kompasiana memberi saya cakrawala baru tentang media digital yang serba dinamis dan selalu selaras dengan perkembangan zaman. Blog ini kian matang, bersifat dialogis karena memberi ruang bagi pembaca untuk turut berpartisipasi menyuarakan isu-isu terkini, dan tidak pelit memberi penghargaan bagi para Kompasianer yang berprestasi.Â
Bertepatan dengan 9thKompasiana, saya ingin memberi lima catatan kecil yang berisi kenangan tentang blog kesayangan ini, yaitu:
Kedua, melalui Kompasiana saya banyak belajar hal-hal baru yang sebelumnya tidak saya ketahui, terutama tentang platform blog, media digital yang masih awam bagi saya. Dari Kompasiana ini saya mengenal format blog untuk pertama kali. Mau tidak mau saya harus mempelajari dan mengakrabi dunia media digital agar bisa eksis dengan Kompasiana. Dengan belajar, saya tidak hanya berhenti di satu titik dan merasa berpuas diri, namun harus selalu menambah ilmu agar selalu update. Dan benarlah bahwa belajar itu harus dilakukan seumur hidup.
Ketiga, sebagai Kompasianer saya merasa tertantang untuk terus menulis, baik dengan tema yang telah ditentukan atau tema bebas. Kebiasaan menulis ini jelas merupakan hal yang baik lagi produktif di tengah kepungan budaya menonton, bergosip, atau mengecek status di medsos.