Mohon tunggu...
Daniel PoyLado
Daniel PoyLado Mohon Tunggu... Freelancer - Tenaga lepas yang bekerja untuk Tuhan dan sesama serta dunia

Murid Tuhan.....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kemarahan Pemimpin sebagai Otokritik demi Pelayanan

30 Juni 2020   23:06 Diperbarui: 30 Juni 2020   23:20 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandemi covid 19 yang menimpa semua lapisan manusia di seluruh dunia menuntut perhatian yang sangat serius dan tepat dari semua pihak terutama Pemerintah. Hal ini menjadi perhatian karena korban yang terinfeksi dari virus yang mematikan ini tidak hanya terus bertambah tetapi juga banyak yang meninggal dunia.

Semua dunia panik dan Masing-masing Pemimpin negara mengambil sikap tegas untuk melindungi warga negaranya dengan melockdown wilayah atau negaranya. Corona Virus 19 tidak pernah mengenal status dan negara.

Ia menyerang semua manusia dari segala lapisan dan latar belakang. Baik negara maju, berkembang maupun terbelakang tidak ada yang luput termaksud kita Indonesia. 

Pemerintah kita terus berupaya menjadi jalan terbaik untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus ini mulai dengan  menyiapkan  fasilitas kesehatan, tenaga media dan juga relawan yang berjuang untuk satu tuhan yakni mematikan penyebaran virus.

Keberanian untuk mengambil sikap tegas  yakn memberlakukan semua kegiatan publik dengan bekerja dari rumah dan memanfaatkan  media daring internet adalah salah satu solusi yang bisa dipakai saat ini. Selain itu pemerintah juga terus berupaya mensiasati berbagai kemingkinan agar roda perekonomian masyarakat terus berjalan meski selalu dalam kapasitas terkontrol. 

Korban pandemi virus corona 19 ini terus bertambah sebagai akibat dari kelalaia  diri sendiri karena tidak mengikuti standard protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.

Pemerintah selalu memberi himbauan tegas kepada semua masyarakat agar selalu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarqk agar mata rantai penyebaran virus ini dapat dimatikan. Semua anjueqn dan himbauan ini seeing dipandang sebelqh mata oleh masyarakat sehingga korban yang meninggal terus bertambah dari hari kesehatan hari. 

Sikap apatis masyarakat terhadap himbauan pemerintah adalah dasar yang akan terus memperpanjang penyebaran virus ini. Selama kurang lebih tiga bukan kita semua berada dalam rumah dan bekerja dari rumah dengan memanfaatkan teknologi internet. Semua gerak kita dibatasi sehingga kita bisa meminilmalisir penyebaran virus ini.

Namun setelah Pemerintah mengeluarkan lebih akan untuk  kembali memasuki  kebiasaan baru dengan adaptasi normal kita juga tidak lagi mengikuti Protokol kesehatan sehingga korban yang meninggal maupun terinfeksi tidak ber kurang dalam jumlah. Harapan pemerintah agar kita dapat memutuskan mata rantai penyebaran virus ini tidak sepenuhnya didukung oleh masyarakat dan juga rekan kerja pemerintah. 

Pada akhir bulan Juni ketika kita sudah memasuki situasi normal baru kita menyaksikan kemarahan  Presiden Jojo Widodo karena para pembantunya tidak memiliki  rasa terhadap krisis yang melanda bangsa Yakni COVID 19.Joko Widodo sebagai Presiden dan  juga pimpinan tertinggi menegaskan agar adanya kerja sama yang baik dan terarah agar kita dapat memutuskan mata rantai penyebaran virus ini.

Begitu besar biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk menjamin keberlangsungan hidup masyarakat sebagai akibat dari covid ini. Dengan demikian validitas data dan kecepatan dalam merealisasikan program untuk menunjang perkembangan ekonomi masyarakat menjadi syarat mutlak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun