Mohon tunggu...
niel paonganan
niel paonganan Mohon Tunggu... Mahasiswa - sma

study only

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

P5 ke dua - kebhinekaan

28 Januari 2024   21:59 Diperbarui: 31 Januari 2024   12:09 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Di suatu hari yang panas saat itu suasana kelas begitu ricuh, suara ada di mana mana, aku dan mimpi kecil ku terbangun saat seseorang berteriak untuk mendiamkan se isi kelas, itu Ella dia berdiri di depan kelas untuk membicarakan tentang peran yang akan di mainkan untuk project P5 yang kedua kebinekaan.

 tidak ada angin atau hujan tiba tiba ada yang menepuk punggung ku, karena baru bangun dari tidur ku, aku sontak terkejut, ternyata itu lio, teman kelas ku, dia juga baru bangun dari tidur panjangnya.

 belum sempat aku berbicara, suara ku di potong oleh ios, sang wakil ketua dia langsung membagikan peran untuk pentas drama nanti, awalnya aku bodoamat dengan situasi itu karena aku paham bawa aku tidak akan memainkan peran penting.

 sambil duduk termenung karena baru bangun dari tidur, tiba tiba ia menyebut nama ku "Niel kamu akan memainkan peran sebagai ayah" sontak aku terkejut dan berkata "Mana bisa begitu, nikah aja belum ini jadi ayah" dengan sedikit nada bercanda aku menjawabnya, saat itu tiba tiba tiba dia berkata "ini serius" sontak aku termenung sebentar dan kembali membalasnya "Kenapa harus aku" dengan nada membentak, ia kemudian membalas "Tanyalah ke ella dan sutradara".

 setelah mendengar hal itu aku hanya bisa diam dan menerima peran ku di dalam drama sebagai seorang ayah, namun ada satu pertanyaan yang sedikit menjanggal di pikiran ku, dengan lugunya aku bertanya dengan nada yang bercanda "Kalau ada ayah pasti ada ibu, kalau aku ayah ibunya siapa?

Tiba tiba Ella menjawab "aku ibunya" sontak saya kaget, karena saat itu ella secara resmi berpacaran dengan sahabat saya, Rendi apanthe pamungkas, sontak dengan nada bercanda dan dengan logat khas makassar saya berkata "penipu" sontak dia tertawa dan berkata "Kalau enggak gimana" aku hanya bisa pasrah dengan peran ayah yang di berikan.

kami memulai latihan, namun seringkali di tengah latihan aku dan ella selalu berdebat kalau aku tidak memainkan peran ku dengan iklas, tentu saja aku tidak iklas soalnya ella itu sedang berpacaran dengan sahabat dekat ku, dan aku memainkan peran sebagai ayah kami juga sering berkonsultasi dengan pengawas kami, wali kelas, dan wakil kepala sekolah dan pada akhirnya aku berkata kepada ella saat berdua dengannya "aku akan memainkan peran ini dengan sepenuh hati tapi kamu harus meminta izin dulu kepada pacarmu supaya dia tidak cemburu".

 akhirnya dia meminta izin tersebut lalu kami pun mulai memainkan peran dengan sunguh sunguh namun ada saja hal yang tak terduga, sebelum puncak lustrum sudah dekat, sekitar 7 minggu sebelum lustrum, aku telah berpacaran dengan teman dekat ella, hal itu membuatku tidak enak hati.

setiap kami latihan selalu saja ketika dia melirik aku, entah kenapa hatiku serasa hancur berkeping keping saat dia melihat, pernah sekali aku melihat dia menangis ketika aku secara tidak sengaja melirik dia yang air matanya bercucuran di pundak temannya, hatiku sakit melihat gadis yang ku sukai menangis melihat ku memegang tangan wanita lain, aku merasa bimbang pada saat itu, aku sampai tidak bisa memainkan peran itu.

saat ella mengajak untuk latihan aku selalu saja menolak, setelah saat itu kekasihku berbicara ingin dengan ku empat mata, tapi aku selalu menolaknya karena membuat dia menangis, tapi suatu hari aku mendapatkan pesan kalau dia lebih sedih saat aku tidak ingin bertemu denganya, aku pun memberanikan diriku untuk bertemu denganya, dia mendengar kalau aku sudah mulai malas latihan dan kadang tidak memainkan peran ku dengan sepenuh hati, di situ dia berkata "Dirimu yang di atas panggung bukanlah dirimu yang sebenarnya, soalnya kamu bukanlah kekasihku, melainkan seorang suami".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun