Mungkin banyak yang kaget ketika Timnas Indonesia sukses mengalahkan Vietnam 2-1 pada leg pertama Piala AFF 2016 di Pakansari, Cibinong. Namun, sebenarnya kemenangan yang didapatkan oleh Garuda bukan lah hal yang sepenuhnya mengejutkan. Vietnam pernah kita buat repot ketika kita dua kali berhadapan di pertandingan persahabatan. Pada laga persahabatan pertama Oktober lalu, Boaz Solossa dan kawan-kawan menahan imbang Vietnam 2-2. Pada laga itu Indonesia bahkan sempat tertinggal 0-2, namun sukses menyamakan kedudukan 2-2.
Pada laga persahabatan kedua di Hanoi awal November 2016, Indonesia kalah 3-2. Namun perlu dicatat, anak asuh Alfred Riedl pada laga itu sukses dua kali unggul yakni melalui gol Boaz dan Irfan Bachdim. Namun Vietnam sukses menggagalkan kemenangan Indonesia. Meski unggul di leg pertama, Indonesia jelas tidak boleh lengah dan jemawa. Mengalahkan Vietnam di Hanoi bukan lah perkara mudah. Apalagi jika berkaca di leg pertama, para pemain Vietnam begitu mudah mengintimidasi para pilar kita lewat kontak fisik.
Namun jika berkaca dari laga persahabatan kedua di Hanoi, besar kemungkinan Indonesia untuk mendapatkan hasil positif. Kita mampu membuat mereka kerepotan pada saat itu, dan bahkan membuat mereka tertinggal dua kali di depan pendukung mereka sendiri. Vietnam tidak lah mengerikan seperti yang kita bayangkan. Pasukan Garuda bisa melihat secercah harapan untuk meraih kemenangan di Hanoi. Pada leg pertama permainan kita tidak spesial, namun dari laga itu Anda mungkin sepakat dengan saya bahwa mental bermain para pemain kita sudah mulai menunjukkan bentuknya.
Ketika Vietnam sukses menyamakan kedudukan, permainan Indonesia tetap konsisten. Sesuatu yang mungkin tidak kita lihat ketika awal-awal Piala AFF 2016. Alhasil sebiji gol lagi bersarang ke gawang Le Cong Vinh dan kawan-kawan dan memastikan Indonesia menang. Salah satu hal yang bisa dieksploitasi dari Vietnam adalah dengan memanfaatkan kelengahan mereka dalam mengantisipasi bola-bola lambung ke kotak penalti. Beberapa kali di leg pertama, umpan lambung yang dilepaskan para pemain Indonesia tidak dengan sempurna mampu dipotong atau dihalau oleh para pemain bertahan Vietnam.
Bahkan mereka kecolongan ketika umpan crossing Rizky Pora tidak dihalau dengan baik dan membuat Hansamu Yama, pemain yang baru dimainkan di Piala AFF 2016, mampu menjebol gawang Tran Nguyen Manh. Namun tetap Indonesia pun harus waspada pada lini tengah Vietnam yang begitu mendominasi. Kendur sedikit saja, kelemahan kita bisa dimanfaatkan dengan baik oleh tim lawan. Pada leg pertama, selepas kembali unggul 2-1, Indonesia bak dikurung oleh Vietnam.
Lini tengah kita dibuat “mati suri” karena alur bola dikuasai dengan baik oleh para pemain Vietnam. Beruntung pada saat itu, pertahanan Indonesia begitu kukuh. Kurnia Meiga yang dicecar habis-habisan di Twitter karena penampilan buruknya, saat itu malah tampil impresif. Kembalinya Yanto Basna dan Fachrudin bak angin segar. Khusus Yanto Basna, pemain ini bak pisau bermata dua. Di satu sisi kembalinya pemain bertahan Persib tersebut jadi kabar baik untuk skuad Garuda, namun di sisi lain, gaya permainan Basna yang bisa dikatakan “jorok” berpotensi merugikan Indonesia.
Seperti yang sudah dikatakan di atas, Vietnam ahli sekali dalam mengintimidasi pemain-pemain kita untuk bertindak kasar. Basna bisa jadi sasaran empuk untuk mereka. Beruntungnya di leg pertama, kombinasi Manahati Lestusen dan Hansamu Yama sangat solid. Memainkan duet keduanya lagi di Hanoi bisa dipikirkan matang-matang oleh Alfred Riedl.
Secercah harapan untuk menang di Hanoi begitu terbuka. Tinggal bagaimana Indonesia menghadapi dan memanfaatkan keunggulan yang mereka miliki. Terlalu keluar menyerang tidak bagus, tetapi terlalu bermain bertahan juga bukan opsi yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H