Mohon tunggu...
Daniel Setiawan
Daniel Setiawan Mohon Tunggu... Editor - Content writer and editor.

Demen baca dan nulis. Editor di sebuah media kekinian.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ingat Bandung, Ingat Gunung Puntang.

28 Juni 2012   16:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:26 3108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bandung merupakan surganya tempat-tempat wisata untuk para penduduk setempat, maupun para pelancong dari luar kota. Tidak bisa dipungkiri bahwa kota Bandung merupakan destinasi wajib untuk melepas penat dari kegiatan sehari-hari. Selain beragam tempat wisata, banyak pula spot-spot yang sayang untuk dilewatkan seperti toko baju dan pernak-pernik di kawasan Cihampelas, lalu ada juga Cibaduyut sebagai surganya sepatu, hingga tempat nongkrong asik di kawasan Dago. Jika sepakbola tidak lengkap tanpa wasit, maka liburan tidak lengkap jika tidak mengunjungi Bandung.

Dari banyaknya tempat-tempat wisata yang wajib dikunjungi, ada satu tempat di daerah selatan Bandung yang cukup menarik perhatian. Yap, Wanawisata Gunung Puntang yang terletak dikawasan Banjaran-Pangalengan, Bandung Selatan. Gunung Puntang termasuk dalam rangkaian pegunungan Malabar. Pada tanggal 29 Desember 2012 lalu saya dan teman-teman memutuskan untuk mengunjungi Wanawisata GunungPuntang. Saya dengan rombongan berangkat menuju lokasi mulai pukul dua belas siang. Kami start dari Taman Kopo Indah 2 melewati daerah Soreang.

Rombongan kami berjumlah 6 motor, dengan total 11 orang. Jika bukan karena ban bocor mungkin kami bisa sampai dilokasi satu jam saja. Kami banyak berhenti selama perjalanan karena masalah kebocoran ini. Mungkin sekitar tiga kali kami berhenti alhasil kami sampai sekitar pukul setengah tiga sore. Meskipun begitu jangan anda membayangkan medan yang kami lewati itu berbatu, atau akses yang sulit untuk menuju kesana. Justru pemandangan wilayah persawahan yang membentang, di tambah pemandangan jejeran pegunungan mengiringi perjalanan kami. Suasana yang jarang sekali ditemui di kota-kota besar.

Masuk ke lokasi kami dikenai biaya sekitar sepuluh ribu. Nominal yang cukup terjangkau untuk menikmati udara segar pegunugan bersama teman-teman. Saat pertama kali masuk ke lokasi saya dan kawan-kawan disambut dengan aliran air pegunungan yang sangat jernih dan segar. Pohon-pohon yang menjulang tinggi menambah sejuk suasana anda saat tiba disana. Untuk informasi tambahan, tempat ini berada di ketinggian 1300m dengan suhu disekitaran pegunugan ini berkisar antara 15-25 derajat. Cukup adem bukan? Banyak sekali orang yang membawa ransel backpack yang berkeliaran disini. Maklum. kawasan ini memang cukup terkenal dikalangan para petualang.  Ada juga fasilitas rekreasi Bougenville dimana terdapat Villa dan kolam renang.

Sebelum sampai ke tempat parkir yang berada didalam kami harus melewati jalan menanjak. Cukup meribetkan karena kontur jalan yang tidak rata dan berbatu. Kami sempat berhenti di tengah perjalanan untuk mencicipi rasa dingin air pegunungan. Pohon-pohon yang menjulang tinggi, dan udara khas pegunungan yang segar seolah menghipnotis kami selama perjalanan menuju tempat parkir. Kami sama sekali tidak merasakan kesulitan maupun rasa lelah meskipun medannya tidak mendukung.  Setibanya ditempat parkir kami langsung masuk ke daerah wisata. Jembatan tua berkarat menyapa kami di jalan masuk, terlihat aliran air dibawahnya yang bermuara disungai yang juga terlihat ketika kami berjalan maju beberapa langkah dari jembatan.

Aroma sejarah terasa kental sekali saat kami masuk ke wilayah bekas stasiun radio peninggalan jaman Belanda. Lapangan yang terhampar luas dan bangunan radio yang kondisinya hanya beberapa tembok saja yang masih berdiri, sisanya puing-puing tercampur oleh rumput-rumput kering. Radio ini dulunya merupakan pusat komunikasi Belanda yang menduduki wilayah Bandung. Dulunya bahkan wilayah ini tidak hanya terdapat radio saja, ada pula lapangan tennis, pertokoan, hingga bioskop. Tidak jauh dari reruntuhan terdapat dua goa yang dibuat oleh Belanda.

Di depan puing reruntuhan radio terdapat kolam yang cukup besar berbentuk hati yang biasa disebut kolam cinta. Jika dilihat dari ketinggian tertentu bentuk dari kolam ini memang meyerupai hati tetapi bentuknya agak lonjong. Namun sayang, seperti halnya barang usang yang berdebu, situs sejarah bangunan radio dan kolam cinta ini terlihat kurang terawat. Kondisinya sepertinya dibiarkan begitu saja sehingga terlihat acak-acakan. Dari situs radio belanda tersebut kami berjalan menaiki anak tangga dari bebatuan yang disampingnya ada aliran air. Ditambah dengan tumbuhan disekitarnya tidak mau kalah eksis bersanding dengan tangga dan aliran air.

13408994851978071176
13408994851978071176

Kami berjalan menelusuri hutan, sesekali kami direpotkan dengan licinnya medan yang kami lewati. Terlihat gundukan kecil sampah di perjalanan kami. Setelah beberapa saat akhirnya kami tiba di sebuah padang rumput yang biasanya tumbuh banyak bunga berwarna warni. Namun sayang saat kami berada disana kami tidak menemukan bunga-bunga itu.  Lapangan ini cukup luas, banyak sekali para pendaki yang membuat tenda disini. Meskipun waktu menunjukan pukul empat lewat, tetapi kesejukan udara Gunung Puntang sangat bersahabat. Kami lanjut menelusuri jalan melewati padang rumput menuju sungai.

1340899599276793320
1340899599276793320

Setelah berjalan sekitar sepuluh menit, kami tiba di warung yang letaknya dekat dengan tempat pertama kali kami masuk tadi. Sungai yang ingin kami tuju berada di bawah, jadi kami harus menuruni jalan terlebih dahulu sebelum sampai dilokasi. Hembusan angin yang dingin tidak menghalangi kami untuk melempar diri ke aliran sungai yang jernih dan dingin. Dengan latar belakang gunung dan kabut yang menemani kami menikmati dinginnya aliran sungai.   Aliran sungai ini berasal dari Curug Siliwangi. Untuk mencapai Curug Siliwangi ini kita harus menggunakan pemandu agar tidak tersesat. Saat itu kami tidak sempat mencicipi langsung Curug Siliwangi karena waktu yang semakin sore dan juga mulai turunnya hujan.

Akhirnya kami memutuskan kembali keatas untuk berkemas. Karena kabut yang mulai turun plus gerimis kami bergegas untuk pulang. Akhirnya sekitar pukul setengah enam sore kami meninggalkan Wanawisata Gunung Puntang. Meskipun hanya sebentar dan masih banyak juga kekurangannya, saya dan rombongan merasa puas dengan suguhan alam yang membuat kami betah berjam-jam disana. Bukan Cuma sekedar rekreasi biasa tetapi juga sebagai tempat  yang pas untuk menikmati salah satu keindahan alam Indonesia yang luar biasa.

Wisata Bandung?  Wanawisata Gunung Puntang jawabannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun