Mohon tunggu...
kurnia putri
kurnia putri Mohon Tunggu... -

Menghitung adalah keahlian saya. Menghapal adalah kebiasaan saya. Membaca adalah hobi saya. Menulis adalah hidup saya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Khawatir

10 November 2011   10:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:50 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang-orang kecil mengkhawatirkan hal-hal kecil.

Dan orang-orang besar tidak lagi mengkhawatirkan hal-hal kecil.

Begitu kata pak Mario Teguh.

Dan memang begitulah adanya.

Lihat mahasiswa-mahasiswa dengan IPK kritis.

Mereka khawatir akan mendapat nilai D / E yang membuat mereka tidak lulus di mata kuliah itu, dan makin meruntuhkan IP mereka.

Lalu tengok mahasiwa dengan IP sangat memuaskan.

Mereka tidak lagi khawatir akan ketidaklulusan.

Mereka mulai mengkhawatirkan nilai C yang akan merusak kegemilangan transkrip mereka.

Mendongaklah sedikit pada mahasiswa yang terancam cum laude.

Mereka tidak mengkhawatirkan nilai B sekalipun, karena itu limit 0.01 pun bisa mengubah status ”cum laude” atau hanya ”sangat memuaskan”.

Lalu para mahasiswa yang jelas cum laude.

Mereka malah khawatir jika mendapat A- , karena itu makin menjauhkan mereka dari predikat ”lulusan terbaik”.

Intip sedikit kehidupan ibu-ibu rumah tangga di pedesaan.

Mereka khawatir jika tidak ada beras untuk makan esok.

Tapi ibu-ibu di pinggiran kota malah khawatir jika tidak bisa berhutang di tukang kredit besok.

Ada ibu-ibu arisan yang senang bergunjing dengan tatapan iri, dan sibuk mengkhawatirkan tetangga mereka yang baru membelikan sepeda roda tiga untuk anaknya.

Tapi ibu-ibu lain yang lebih mampu, lebih mengkhawatirkan dimana sekolah yang bagus untuk menyekolahkan anak.

Ada ibu-ibu yang sibuk mengurusi tetangga baru yang memiliki mobil baru,

sementara yang diiri sedang mengkhawatirkan hal lain yang lebih besar, menyekolahkan anak di tempat bergengsi.

Ada orang-orang yang khawatir dan iri ketika melihat orang lain punya Blackberry baru.

Tapi orang lain yang mampu membeli ponsel secanggih apapun, justru tidak pernah khawatir meski orang mengatakan ponselnya perlu diganti karena sudah ketinggalan jaman.

Mahasiswa-mahasiswa strata 1 mengkhawatirkan sidang mereka,

sementara mahasiswa pasca sarjana tidak lagi mengkhawatirkan itu,

mereka mengakhawatirkan submit jurnal mereka.

Hal-hal yang kita khawatirkan akan bertumbuh,

seiring bertumbuhnya kebesaran kita.

Jadi berhentilah merisaukan hal-hal kecil,

bukan lalu menjadi tidak teliti,

tapi khawatirlah pada hal-hal yang lebih besar.

Karena orang-orang besar dinilai dari besarnya kekhawatirannya.

Khawatirlah,

tapi jangan lalu itu melemahkanmu,

atau membuatmu takut,

tapi justru agar kamu waspada.

Khawatirlah,

lalu bergeraklah untuk menghilangkan kekhawatiran itu,

sehingga bisa mulai mengkhawatirkan hal-hal yang lebih besar lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun