Aku sebagai orang berdarah setengah Minang, merasakan pengaruh sentimentil dari film ini. Karakterisasi orang Minangnya disajikan nyaris sempurna(hanya karena tak mungkin ada yang sempurna di dunia ini), dialog Minangnya terasa natural dan memang cukup mengena oleh hati penduduk Minang asli.Â
Pemilihan aktornya juga jeli mencari yang pengucapan bahasa Minangnya bagus(aktor juga cukup paham konteks dialog sehingga bisa menyebutnya dengan irama yang cita rasa lokalnya cukup kental) dan menurutku pemberian subtitle menjadi pilihan yang bijak sebab memang di kehidupan sehari-hari, kebanyakan orang Minang bisa bolak-balik bahasa daerah dan bahasa Indonesia jika diperlukan.Â
Selain itu, adegan-adegannya beautifully shot. Dari permainan kamera untuk adegan makanan, tokoh sedang bicara, orang cari sinyal, dan sebagainya, scene dipikirkan secara matang agar menciptakan nuansa haru ataupun demi comedic effect. Entah pakai drone atau helikopter kurang tahu juga, tapi scene menyorot danau Maninjau dilakukan secara tasteful dan tetap dengan nuansa khas Indonesia dan tiap adegan film disertai oleh makna implisit prinsipil kesederhanaan Indonesia.Â
Tentu saja film ini dikreasikan secara jitu agar menarik lebih banyak turis ke Maninjau Sumatera Barat yang merupakan win win untuk penduduk asli di tempat dimana film ini melakukan syuting. Selain mempertahankan kesan realisme, lebih dari itu, cerita Onde Mande! sendiri solid dan terstruktur dengan plot twist keren yang terasa mengalir dan karena stakes cerita dipaparkan dengan cerdik maka akhir cerita tak terasa dipaksakan.Â
Jadi fungsi film sebagai story teller dilaksanakan secara maksimal sehingga penonton yang beli tiket tidak bosan menontonnya yang merupakan prestasi tersendiri untuk pihak produksi selain mencari uang saja. Kisahnya bermula dari seorang mantan kepala sekolah SD yang suka ikut undian-undian lotre dari perusahaan karena harapannya dapat rejeki nomplok untuk modal memperbaiki ekonomi desa Sigiran yang mengitari danau Maninjau. Ketika akhirnya ia menang, beliau malah meninggal mendadak. D
an karena ia cerai dari istrinya yang membawa anaknya bersamanya, tak ada siapapun yang bisa mewarisi uang hasil undian itu. Â Maka seorang pria pemilik kedai yang sering menemaninya, memutuskan melanjutkan cita-citanya dan mengajak seisi desa berkomplot termasuk kepala desa Sigiran agar menipu pihak PT Sabun Gemilang yang mengadakan undian.Â
Menurut mereka yang sedang panik, menipu demi perbaikan desa tentu diinginkan almarhum. Si pemilik kedai berpura-pura menjadi pemenang undian lalu di telpon perusahaan pemberi hadiah undian dan berharap uang akan dikirimkan saja. Di lain pihak sepupu dari mantan istrinya naik pitam akan persetujuan penipuan identitas ini dan mengutus anak-anaknya untuk mencari mantan istri dan anak di Jakarta.Â
Lalu kejadian semakin genting ketika perwakilan dari PT Sabun Gemilang memutuskan datang ke desa Sigiran untuk verifikasi. Cerita mencampur beragam genre dari komedi, inspiratif, melankolis, hingga percintaan maka melabel film Onde Mande! hanya sebagai film komedi atau sejenis sinetron adalah mempersempit makna luas dari film ini. Indonesia semakin hari semakin handal dalam produksi konten kultur modern yang memukau dan mengekspresikan keindahan Indonesia tanpa terkesan menggurui. Semoga Indonesia terus lincah berkarya di dunia seni!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H