Kukira keberadaan Chat GPT membahayakan banyak pekerjaan. Khususnya dalam kegiatan menulis seperti copy writing. Tapi dikata bahkan bisa Chat GPT sampai merebut posisi diagnosa psikolog dan dokter umum!
Chat GPT adalah language model yang bisa memproduksi narasi yang manusiawi jika ditanya(meskipun terkadang respon kurang sopan bisa diproduksi alat ini, tapi tim balik layar terus mencari cara untuk memperbaiki mekanisme agar membaik). Chat GPT adalah intelejensi artifisial yang menggunakan metoda deep learning.Â
Kabarnya Microsoft investasi triliyunan dollar untuk pengembangan Chat GPT(yang bagus sekali untuk kompeni Open AI sebab Chat GPT bukanlah alat yang mudah dimonetisasi) dan malah telah ada prototip eksklusif amalgamasi antara search engine Bing dan Chat GPT.Â
Adapun kabar buruk bahwasannya demi mengantisipasi penggunaan kata-kata miring di mesin chat, Open AI outsourced pegawai paruh waktu dari negara terpencil yang bisa digaji murah diluar hak asasi manusia.Â
Untunglah dengan modal yang ada sekarang, bakal ada masa depan cerah untuk kemajuan mekanisme language model yang menggugah minat khalayak ramai ini.
Di tulisan ini, aku tidak akan mengulas lebih dalam cara-cara komputerisasi untuk mencipta mesin se intuitif ini(rasanya seolah sudah berada di fiksi ilmiah!). Tapi aku akan mengungkit penggunaan-penggunaan yang kini telah terjadi bahkan di tahap perkembangan Chat GPT yang belum sempurna.
Ada banyak pengguna global memakai Chat GPT untuk menulis makalah sekolah dan tugas kampus. Ini harus ditanggulangi secara sensitif. Chat GPT janganlah dijadikan benda ajang mencontek dan jiplak habis, tapi sebagai pembimbing dan inspirasi untuk membuat karya orisinil. Ketika sulit mencari orang untuk diajak diskusi yang omongannya netral dan berisi, Chat GPT bisa dijadikan alternatif teman diskusi.Â
Pendapatnya cukup dapat dipercaya dan kita bisa  yakin Chat GPT tidak bias berhubung ia hanyalah mesin. Aku pribadi pernah menggunakan Chat GPT untuk mengomentari beberapa bait dari puisi yang kubuat dan aku suka tanggapannya.Â
Menurutku cukup relevan dan bisa kupertimbangkan untuk mengedit tulisanku. Seharusnya pemakaian cukup sampai disitu, Chat GPT jadi produsen usul untuk bahan merevisi tugas yang harus dipersonalisasi.Â
Di masa kini, kebanyakan masyarakat salah kira bahwasannya manusia cukup didikte mesin untuk dapat hidup baik. Padahal mesin seharusnya menjadi asisten manusia agar bisa punya pola pikir lebih kaya dan tetap orisinil.Â
Namun, bagaimanakah mencapai keseimbangan antara data random dan memaknai data secara otentik? Ini memanglah keahlian yang perlu diasah secara presisi dan membutuhkan kematangan sikap serta merta hasrat untuk terus belajar.Â