Mohon tunggu...
Nidya Utami
Nidya Utami Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis bagiku kayak berenang, kita harus punya napas panjang untuk merenung panjang demi sebuah tulisan bagus.

Selanjutnya

Tutup

Games Pilihan

Sisi Positif dari Video Game

7 Oktober 2022   09:56 Diperbarui: 7 Oktober 2022   10:08 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Games. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terkadang menghabiskan waktu luang dengan memainkan video game. Walaupun hanya sebagai fans kasual, aku menyayangkan banyak tudingan terhadap video game. Reputasi video game masih cukup negatif apalagi di Indonesia, kendati kesuksesan industri video game yang beriringan dengan perkembangan teknologi lainnya.

Video game adalah produk turunan dari board game dan arcade. Bermula produk yang target pasarnya kawula muda di ranah hiburan, video game masa kini telah merambah pada ranah edukasi dan konsumen dewasa. Video game juga sering memakai desain edukatif seperti kuis matematika dan cerita yang disusun dengan banyak fakta sejarah. Millenial adalah kaum yang masih sering diikutsertakan sebagai pangsa pembeli produk hiburan khususnya di budaya gaming dan komik. Berhubung millenial tumbuh bersama evolusi teknologi sehingga trend estetik forever youthful marak diantara millenial. 

Video game punya beberapa manfaat kognitif, meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, mengevaluasi pilihan serta multitasking. Meskipun mengintegrasi video gaming modern dalam pelajaran sekolah dinilai kurang efisien penerapannya berhubung mempelajari mekanis video game bakal memakan waktu lama. Adapun guru-guru biasanya tak punya kapasitas dalam mengoperasikan video game di kelas. Kurikulum berupaya mengaplikasikan permainan lebih sederhana dalam belajar seperti pakai kartu. 

Video game juga digunakan di latihan militer sebagai simulasi perang. Video game perang juga menjadi favorit konsumen umum. Namun bagian ini yang sering dipertanyakan khalayak ramai, khususnya orang tua anak. Video game berunsur kekerasan dinilai merusak mentalitas anak kecil dan remaja. Meskipun konten bisa menjadi salah satu faktor yang memengaruhi mentalitas seseorang dalam bertindak diluar norma yang berlaku, video game tak bisa disalahkan sepenuhnya. Dalam aspek lain, paparan video game bisa menjadi gerbang pada minat dan karir kedepannya. Misalnya video game pembedahan yang diwarnai jargon umum medis, bisa menimbulkan ketertarikan anak kecil untuk saat dewasa mendalami ilmu medis.

Sekarang video game juga membantu inovasi-inovasi di teknologi yang lebih serius. Contohnya di bidang Artificial Intelligence dimana data struktural video gaming bakal membantu kapabilitas AI untuk mengajari dirinya pola-pola baru. Kemajuan AI tentu berdampak ke banyak ranah seperti sistem digital rekam medis. Komunitas video game tersebut juga merupakan perkumpulan sosial positif dimana sesama peminat bisa menjalin persahabatan dan networking. Komunitas video game juga merupakan subkultur paling nyaman dengan budaya baru interaksi melalui internet saja. Efek video game di keseharian global sudah tak terelakkan bagi semua lapisan masyarakat.

Kuharap dalam waktu dekat, persepsi negatif terhadap video game bakal berubah ke anggapan yang lebih netral agar mendorong industri video game Indonesia ke arah jauh lebih mampu bersaing secara global. Sebab video game juga bisa menjadi wadah promosi kultur negara yang dibutuhkan Indonesia tak hanya di sektor turisme tapi juga di pembuatan identitas modern Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Games Selengkapnya
Lihat Games Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun