Mohon tunggu...
Nidya Utami
Nidya Utami Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis bagiku kayak berenang, kita harus punya napas panjang untuk merenung panjang demi sebuah tulisan bagus.

Selanjutnya

Tutup

Beauty

Menjadi Elegan dengan Lipstik

5 Oktober 2022   10:53 Diperbarui: 5 Oktober 2022   13:29 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kukira banyak anak kecil pernah bingung kenapa perempuan memoleskan lipstik yang beberapa jam kemudian bakal memudar. Beranjak remaja, anggapan ini berubah dan hampir semua perempuan berbondong-bondong terpicu untuk bersolek, salah satunya dengan lipstik. Tanpa begitu sadar kenapa. Sepintas, lipstik terkesan barang tersier yang dipakai hanya untuk menggaet perhatian lawan jenis. Tapi di sisi lain, pemakaian lipstik bisa sebagai alat ekspresi diri dan saluran kreatifitas. 

Di masa kini lipstik sebatas alat rias diri untuk notabene perempuan(yang krusial untuk dandanan elegan yang mempertajam kelebihan muka dalam varian standar kecantikan).

Makna lipstik berubah sekenanya sesuai zaman. Selain lipstik mensimbolisasi gerakan politik pemberdayaan wanita, ada pengaruh lain yang misterius dari permintaan rakyat akan produksi lipstik. Manusia punya kecenderungan alamiah untuk mengekspresikan hati dan salah satunya melalui bersolek. 

Di masa purba, ocre atau lumpur bewarna telah dipakai untuk kegiatan ritualistik mengusir setan. Kemudian di era berkuasanya Cleopatra di Mesir, ia dikenal dengan lipstik merahnya yang terbuat dari lilin lebah, semut yang digiling, dan carmine(serangga parisistik penghasil pigmen merah ketika dilumatkan. Komposisi ini aman dan sampai sekarang masih digunakan sebagai pewarna produk modern). Trend perona merah sebagai dekorasi wajah ini merambah ke aristokrat Eropa. Walaupun sempat dilarang institusi agama sebab kosmetik dituding seronok dan dosa. Di masa Edo Jepang, pemakaian gincu dan pupur dilaksanakan secara rutin oleh komunitas terpinggirnya seperti para geisha. 

Di tahun 1920an, dengan berkembangnya industri perfilman Hollywood, begitu juga dengan merebaknya produsen kosmetik. Persepsi masyarakat terhadap kosmetik berubah sebagai aspek glamor. Semakin maraklah kompeni kosmetik yang berlomba-lomba agar dibeli para perempuan pegawai yang bersaing dandanan di kantor. Bermunculan pula kreasi baru lipstik dari gincu pakai wadah jadi lipstik batangan pakai tube seperti sekarang. Walaupun pilihan warnanya dan pilihan formulanya masih sangat terbatas.

Di masa kini, industri lipstik telah merajalela dibantu dengan adanya online yang memudahkan distribusi lipstik ke konsumen  Pilihan lipstik sekarangpun diwarnai banyak inovasi dari formula lipgloss, matte lipstik, liquid lipstik, lip crayon. Rangkaian warna kekinian sudah sangat advans dari baby pink(cocok untuk kulit putih), oranye(cocok untuk kulit kuning langsat), mauve, plum, coklat(cocok untuk kulit sawo matang) hingga warna-warna metalik dan masih banyak lagi. Tinggal mencari yang sesuai tema gaya personal!

Merias diri menjadi kebiasaan bagi perempuan mandiri dan merdeka. Berdandan memakai lipstik telah mewujud budaya modern untuk merangkul womanhood. Memulas lipstik menjadi senjata sosial yang menunjukkan kekuatan melalui kelembutan bagi para wanita dewasa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun