Mohon tunggu...
Nidya Utami
Nidya Utami Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis bagiku kayak berenang, kita harus punya napas panjang untuk merenung panjang demi sebuah tulisan bagus.

Selanjutnya

Tutup

Humor

Apa Itu Humor Gelap?

21 September 2022   12:43 Diperbarui: 21 September 2022   12:45 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Kecenderungan humor Indonesia kalau kunilai lebih ke slapstick ya, tak ada yang salah dengan itu sih. Selera itu sejatinya bebas. Walaupun masa kini tontonan komedian stand up semakin marak di tanah air(contohnya Raditya Dika dengan tipe komedi cinta sentimentilnya). Sudah ada persentase penonton lebih mengharapkan komedi yang dirancang pakai kata-kata yang merangsang pikiran. Salah satu favoritku adalah jenis humor gelap. Jenis ini termasuk sulit untuk dipaparkan dalam bahasa Indonesia tanpa terkesan meracau saja. Humor gelap memberi perspektif konyol pada aspek-aspek kesulitan riil(banyak unsur pikiran eksperimentalnya). Contohnya Ricky Gervais, komedian asal Inggris, menggunakan humor gelap untuk menyindir kaum kaya raya di Hollywood ketika acara penghargaan Golden Globes.

Dari semua tipe komedi, dari komedi situasional, komedi pengamatan, komedi datar dan banyak lagi, komedi gelap biasanya sangat identik dengan bahasa Inggris. Karena tatanan bahasa Inggris, ditambah kepiawaian komediannya berkisah, komedi ini dapat disampaikan dengan lebih mengena. Apa guna dari komedi gelap? Bukannya terkesan suka berburuk sangka? Banyak efek baik dari komedi gelap, salah satunya belajar memproses kejadian sedih dengan lebih tegar. Adapun komedi gelap punya banyak kaitan dengan filsafat stoik yang dituntun keinginan siap menghadapi segala situasi bahkan yang terjelek sekalipun. 

Apakah Indonesia perlu mencari cara untuk menanamkan unsur komedi gelap di acara-acaranya(aku melihat cercahannya di film 'Mencuri Raden Saleh')? Mungkinkah revolusi mental bisa dibantu dengan mengajak masyarakat mengasah selera komedi yang lebih elegan? Secara kultural sih juga kurang pas. Komedi gelap tentunya akan membahas topik-topik seks secara blak-blakan. 

Pun kukira banyak yang berpendapat kalau selera komedi yang intelek bakal berdampak ke kualitas diri seseorang. Ini belum tentu juga, soalnya semua tergantung upaya dan rejeki masing-masing. Tapi tak ada salahnya membuka diri terpengaruh beragam konten termasuk komedi gelap agar pola pikirannya terasah di area-area lain.

Ada opini kalau komedi gelap itu bakal bikin pamali atau kualat. Misal, contoh komedi gelap adalah seorang gadis biasa berucap, 'jual organ dulu sebelum bisa ke Paris'. Sisi lucu yang ingin diungkit adalah betapa konyolnya berharap namun manusia pembawaannya memang penuh harapan. Bisa jadi sih ini berakibat pada suasana hati seseorang hingga jadi ceroboh tapi di sisi lain dapat melegakan keharusan berlebihan untuk mencapai ambisi.

Komedi bukan untuk dibawa serius namun industri komedi adalah sesuatu yang diseriusi banyak pakar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun